Sabtu, 08 Oktober 2016

PS.Syamsuddin
Tak banyak generasi Kumango zaman sekarang yang tahu nama ini barangkali. Kecuali mereka yang umurnya sebaya dengan saya, atau yang lebih tua. Apalagi jika disebutkan julukan untuk beliau yang lebih popular dikenal di Kumango, Angku Anda; maka generasi yang saya maksud akan lebih kenal dengan sosok ini.
Beliau adalah Datuk (Kakek) saya, Orang Piliang Laweh; dilahirkan di Kumango pada tahun 1902 dan wafat di Kota Lahat (Sumatera Selatan) pada akhir tahun 1995 dalam usia 93 tahun. Dua huruf pertama, PS, pada awal nama beliau adalah gelarnya, Pakieh Sutan, yang sangat dihargainya seumur hidupnya, sehingga, jika ada orang yang menulis namanya tanpa kedua huruf itu, dia akan marah besar dan mengatakan, “ada banyak orang yang bernama Syamsuddin di dunia ini, namun hanya ada satu PS.Syamsuddin.”
Masyarakat Propinsi Sumatera Selatan mengenalnya sebagai salah seorang Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia dari kota Lahat, hal ini dikukuhkan oleh Surat Keputusan Pemerintah Republik Indonesia melalui SK Menteri Sosial pada tahun 1975; Artinya, beliau mendapatkan pengakuan dari pemerintah setelah berada pada umur 73 tahun. Sejak saat itu dia mendapatkan tunjangan hidup sebagai seorang perintis kemerdekaan dari pemerintah ditambah dengan hadiah sebuah rumah di Pusat kota Palembang.
Masa kecilnya dihabiskannya bersama Ayahnya, Ismail Pakieh Marajo, yang tak lain juga merupakan Inyiek oleh saya di Kota Padang Panjang. (karena Ayah dari Datuk saya ini adalah Mamak dari Nenek saya Salamah Ibrahim; artinya dengan menikahi Nenek saya dia pulang ka Bakonya di Rumah Godang Balakang, Supanjang Ilie). Karena susahnya perekonomian keluarga pada masa itu, dengan hanya mengandalkan pendapatan sebagai seorang tukang pati, Datuk saya ini hanya bisa disekolahkan oleh Ayahnya sampai Governemen School (selevel dengan SD pada zaman sekarang).
Tak lama setelah menamatkan sekolah Belanda tersebut, ketika memasuki usia remajanya, dia membuat sebuah keputusan besar dalam hidupnya, pergi merantau keluar dari Ranah Minang yang cukup membuat shock Ayahnya yang pada saat itu sudah memasuki usia senja.
Tak banyak yang saya ketahui daerah rantau pertama yang dijajaki oleh Datuk saya sesudah itu, yang saya simpulkan hanya satu hal dari setiap kali dia bercerita kepada saya ditiap kesempatan saya bertemu dengannya, baik disaat dia pulang kampung ke Kumango maupun pada kesempatan lain saya menghabiskan beberapa masa kecil saya di kota Lahat pada tahun 1975, maupun pada setiap waktu liburan sekolah ketika saya masih duduk di SMP Negeri Kumango dari pertengahan tahun 1983 – pertengahan tahun 1986; ….. dia adalah Rambo yang sebenarnya. Bukan tokoh fiktif seperti yang diperankan oleh Silverster Stalone dalam film Rambo-nya.
Kenapa saya katakan beliau adalah Rambo yang sebenarnya ? Begini kisahnya. Ini berawal ketika dia melihat seorang sahabat karibnya ditembak mati oleh Belanda karena temannya tersebut berusaha melarikan diri disaat akan ditangkap oleh tentara Belanda. Ya, temannya tersebut adalah seorang pemberontak Belanda pada masa itu. Semua itu terjadi disaat dia masih belajar bagaimana caranya menjadi seorang pedangang yang sukses. Pemandangan itu cukup memberikan trauma yang berat padanya, hingga semua perasaan itu berubah menjadi dendam kesumat kepada semua tentara Belanda.
Dari sinilah dimulai tahap kehidupannya yang berikutnya, sejak saat itu, hanya ada satu hal yang terbersit dalam pikirannya apabila melihat atau bertemu dengan tentara Belanda, membunuh mereka. Dan itu dilakukannya pada setiap kesempatan, yang mengakibatkan dia menjadi salah seorang buronan prioritas utama dari Penjajah Belanda pada masa itu. Dan yang paling membuat sakit hati Penjajah Belanda pada saat itu, setiap kali Datuk saya ini berhasil mereka tangkap hidup-hidup, dia selalu mampu meloloskan diri, dan lolosnya dia ini juga diiringi dengan berhasilnya dia menghabisi sejumlah tentara (kondisi ini terjadi pada masa sebelum Kemerdekaan).
Predikat sebagai sosok yang “the most wanted” dari penjajah itulah yang membuatnya akhirnya pindah dari satu tempat ke tempat lain di seluruh Indonesia ini. Sehingga, apabila berbicara tentang seluruh wilayah di Negara ini, akan sangat nyambung sekali dengannya. Dari seluruh wilayah Indonesia, hanya pulau Irian (Papua) yang belum pernah dijajakinya. Walaupun itu pernah hampir terjadi, ketika dia akan dibuang oleh Belanda ke Digul, Irian Jaya, namun dia berhasil melarikan diri sebelum kapal yang membawanya sampai kesitu. Kondisi ini pulalah yang membuatnya memiliki 17 (tujuh belas) orang istri, artinya saya punya 17 orang Nenek;
· 3 (tiga) orang dari Kumango; yang pertama saya tidak tahu namanya, yang kedua adalah Nenek saya, Salamah Ibrahim yang dinikahinya sekitar tahun 1931 dan dari Nenek saya, Datuk saya mendapatkan 9 (sembilan) orang anak dan yang ketiga adalah Nenek Ramalah (orang Dalimo); dari nenek saya yang satu ini, Datuk saya dikaruniai 2 (dua) orang anak.
· Istrinya yang 14 lagi saya tidak ingat secara pasti, tapi yang paling berkesan buat beliau adalah Istrinya yang berasal dari Gresik (Jawa Timur), karena dari istrinya ini dia memperoleh dua orang anak (sepasang). Datuk saya terpisah dengan mereka ketika dia dalam pengejaran Belanda hingga perahunya terbalik di dekat Pulau Bawean, dan dia dikabarkan gugur yang membuat istrinya tersebut sangat terpukul dan membawa kedua anaknya keluar dari Kota Gresik. Padahal sebenarnya, setelah kejadian tersebut, Datuk saya ini diselamatkan oleh beberapa orang Nelayan dan di bawa ke Singapura. Setelah pulih, dia kembali ke Gresik mencari Istri dan kedua anaknya tersebut, namun mereka tidak pernah dia temukan. Sekitar 14 tahun sejak kejadian itu, dia mendapatkan kabar kalau anak laki-lakinya tersebut mengikuti jejaknya sebagai pejuang dan gugur ditembak oleh Belanda dalam peristiwa Ambarawa. Yang paling membuat pilu hatinya adalah berita yang didapatnya tentang anak perempuannya, dia dinikahi oleh seorang Pemuka Agama Kristen (saya tidak tahu pasti Katholik atau Protestan) di kota Manado pada tahun 1947. Semua kondisi inilah yang mungkin membuatnya sangat “down” hingga akhirnya Belanda berhasil kembali menangkapnya pada masa Agresi sesudah Kemerdekaan ini; dia disiksa habis-habisan yang menyebabkan sebelah matanya (kanan) tidak pernah lagi bisa digunakannya sampai akhir hayatnya. Walaupun akhirnya dia masih tetap bisa melarikan diri dan menghabisi 2 orang lagi tentara Belanda. Sampai menjelang akhir hayatnya, dia masih berusaha untuk mendapatkan kabar tentang anaknya yang di Manado tersebut, namun tak ada hasil.
· Istrinya yang lain yang sangat suka dia mengulang-ulang ceritanya pada saya adalah berasal dari Suku Dayak yang berada di sebuah Hulu sebuah di Kalimantan (saya lupa menyakan pada beliau nama Sungai itu, namun kalau tidak salah dia pernah menyebut sebuah tempat yang bernama Loh Meriem jika menceritakan babak hidupnya yang ini). Berawal dari keinginannya untuk menjalin hubungan bisnis dengan orang melayu yang berada di hilir sungai, dia kemudian tertantang untuk menjajaki lebih jauh hubungan dagang dengan komunitas suku dayak yang tinggal tidak jauh tinggal dari situ; melihat hasil yang lumayan dia akhirnya dia lebih tertantang lagi untuk mencoba menjajakan dagangannya kepada suku dayak yang hidup di hulu sungai itu. Dari sinilah cerita lain dimulai. Sebelum memutuskan berangkat ke tengah pemukiman suku dayak tersebut, dia sudah diperingatkan oleh teman-temannya pantangan-pantangan yang harus dijaganya selama berada ditengah-tengah mereka (orang Dayak dimaksud), namun setelah berada disana dia kecoplosan, hingga dia diultimatum oleh kepala sukunya dan diberi 2 pilihan sebagai hukuman, nyawa melayang (dipenggal kepalanya) atau memilih hidup dengan mereka dengan memperistri salah satu dari gadis yang mereka sodorkan. Tentu dia memilih opsi yang kedua. Tinggal-lah dia disana selama beberapa lama bersama istri barunya, sampai akhirnya dia menemukan kesempatan untuk kabur dan keluar dari kelompok tersebut.
· Istrinya yang 12 orang lagi yang saya tahu 2 orang berasal dari tanah pasundan (orang Sunda). Dan sisanya, yang 10 orang kalau tidak salah berasal dari Meulaboh, Aceh; Tapak Tuan, Aceh; Deli Serdang; Jawa Tengah; Halmahera dan Ternate.
Datuk saya ini adalah seorang jagoan Silat Tua Kumango 1.) (aliran Silat Kumango yang sudah ada sebelum Silat Kumango versi Syech Abdurrahman Al-Khalidi dikembangkan). Hal ini mungkin tidak diketahui oleh banyak masyarakat Kumango bahkan anak cucunya yang lain. Ada tiga orang Kumango yang saya ketahui dan pernah bertemu dalam hidup saya yang menguasai Silat Tua ini, yaitu Datuk saya ini, Datuek Amik Polak – sepupunya, dan Datuek Mam Biloa (kakeknya Doni Saputra). Dia berkali-kali menegaskan kepada saya kalau dia tidak pernah belajar Silat Kepada Syech Abdurrahman dan aliran Silat yang dikuasainya tidak sama dengan yang dimiliki oleh Angku Surau Subarang. Dia hanya mengatakan, pernah mengulang-ulang langkah sebentar dengan Angku Surau Subarang tersebut.
Semua cerita petualangannya dan gerilyanya keseluruh Indonesia tersebut ditambah dengan kepiawaiannya menghabisi semua tentara Belanda yang ditemuinya-lah yang mendorong saya sejak saya kecil (umur 6 tahun), ketika saya mau masuk ke TK Bustanul Athfal untuk belajar Silat padanya, namun dia berdalih jika pada saat itu saya masih kecil. Ketika saya berumur 8 tahun, keinginan itu kembali saya utarakan ketika suatu ketika dia pulang kampung, dia masih mengatakan hal yang sama. Disaat saya sudah duduk di kelas V SD, dia mengatakan tidak ingin saya, cucunya seperti dia, dan dia menyuruh saya mencari guru yang lain. Hingga akhirnya Mak Ai / Mak Tuah ( Alm.) 2.) membuka pintu pada saya untuk menjadi muridnya
Setelah saya belajar dengan Mak Ai, ternyata dia cukup antusias untuk mengetahui bagaimana Silat yang saya pelajari, termasuk ketika saya mencoba belajar kembali dari awal dengan Mak Kin (Zakir) 3.). Namun yang selalu membuat kuping saya panas, setiap saat saya selesai menunjukkan semua yang sudah saya pelajari, dia selalu mengakhirinya dengan satu kalimat: kalau semua yang saya dapatkan masih bunganya 3) silat Kumango, belum lagi Silat Kumango yang sebenarnya.
Pada zaman penjajahan Jepang, Datuk saya ini kembali ke Kota Lahat. Kota yang sudah mulai dijajakinya sejak tahun 1923. Dia mencoba mengumpulkan kembali puing-puing usahanya yang terbengkalai ketika Belanda berkuasa. Ketika masa penjajahan Jepang, Datuk saya ini beristirahat dari kegiatan gerilya-nya. Dia berpikir, musuh besarnya, kelompok manusia yang sangat dibencinya, Belada, sudah angkat kaki dari bumi Indonesia, diusir oleh tentara Jepang. Pada usianya yang pada saat itu sudah masuk kepala 4, dia ingin mencoba hidup tenang setelah sekian lama dikejar-kejar oleh tentara penjajah Belanda. Satu hal yang sangat menyenangkan hatinya saat itu adalah, semua orang yang menjadi musuh utama Belanda pada saat itu sangat dihormati oleh Penjajah Jepang, termasuk dia sendiri. Sehingga, dia bisa pergi kemanapun yang dia mau; lalu lalang, bolak-balik dari Lahat ke Kumango selama zaman penjajahan Jepang dengan aman, tidak diusik oleh tentara Jepang. Sehingga, pemandangan yang kontras terlihat jelas pada kehidupan keluarganya pada masa itu di Kumango: disaat banyak orang lain hidup dalam penderitaan gara-gara kekejaman kelompok orang yang menjajah selama 3.5 tahun ini, dia tetap bisa menghidupi istri dan anak-anaknya secara normal, baik sandang maupun pangan. Hal ini tentu membuat heran orang Kumango yang lain, karena tentara Jepang, tidak berani menyentuh keluarga kami. Kondisi tenang seperti ini masih tetap bisa dinikmatinya sampai bererapa lama sesudah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di umumkan oleh Presiden Soekarno dan Sahabatnya, Bung Hatta 5).
Namun semuanya berubah total ketika Belanda kembali berhasil masuk ke Indonesia dengan membonceng pada tentara Sekutu sehingga terjadi penjajahan jilid II dengan judul agresi Belanda dengan tentara NICA-nya. Yang memaksanya untuk kembali “turun gunung” pada usia yang tidak bisa dibilang muda lagi. Dan salah satu agenda kembalinya penjajah Belanda ke Indonesia pada masa itu, selain untuk merampas kembali kemerdekaan Indonesia yang sudah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, juga untuk balas dendam padanya (Datuk saya ini). Sehingga, terjadilah peristiwa yang saya utarakan diatas (pasca tertembaknya anak laki-lakinya di Ambarawa).
Ketika Belanda berhasil kembali diusir dari Bumi Pertiwi ini, dia kembali ke Kota Lahat, Meneruskan usahanya untuk menafkahi istri dan anak-anaknya. Di Kota Lahat, dia berdagang tekstil dan pakaian jadi di Pasar Lematang, dan dari hasil usahanya setelah sekian lama, Allah memberinya karunia untuk memiliki 2 buah rumah di kota pendidikan itu, yaitu di Pasar Bawah dan di Lorong Kelana; rumah yang sangat sederhana, jauh dari kesan mewah. Keberadaannya di kota Lahat yang sudah sangat lama sekaligus telah banyak menarik perantau Minang lain mencoba peruntungan di kota ini, termasuk beberapa keponakan dan cucunya yang pada saat ini sudah banyak menetap di kota tersebut.
Ketika mulai melewati umur 50 tahun, setelah melewati trauma akibat agresi Belanda, Beliau sudah sering mengatakan kepada anak dan istrinya bahwa dia akan berhenti berdagang. Salah satu imbas dari maksud hatinya tersebut adalah keluarnya keputusan dari Ibu saya yang pada saat itu menamatkan sekolahnya di SMP Negeri 1 Batusangkar pada akhir tahun 1956 untuk berhenti sekolah; mengubur habis cita-citanya untuk menjadi Guru, untuk melanjutkan pendidikannya ke SPG Negeri di Padang Panjang dan kemudian melanjutkannya ke PTPG-FKIP Universitas Andalas; Perguruan Tinggi Pendidikan Guru yang pada saat itu baru berdiri di Batusangkar sejak dia naik ke kelas II SMP (cikal bakal UNP sekarang). Dia tidak ingin pendidikannya nanti patah di tengah jalan, jika benar terjadi ayahnya akan berhenti dari usahanya. Sekaligus, semua itu sebagai “pasang badan” untuk memberi jalan kepada adik-adiknya agar tetap bisa bersekolah. (Namun akhirnya, dia sangat menyesali keputusannya tersebut, ternyata keputusannya salah besar, apa boleh buat nasi sudah jadi bubur; ditambah lagi dengan satu fakta, ternyata Datuk saya ini masih tetap diberi oleh Allah kekuatan untuk mencari uang sampai dia menutup mata dalam usia 93 tahun, Subhanallah. Dan dia masih sempat membiayai saya dan kedua kakak saya untuk kuliah, hingga kami ketiga-tiganya saat ini menjadi guru.)
Datuk saya ini adalah pejuang kemerdekaan Indonesia sejati. Dia sangat mencintai semua titik jengkal wilayah di Negara ini. Sehingga, ketika masa pemberontakan PRRI terjadi, dia nyaris dihabisi oleh para pemberontak, di saat usianya sudah mendekati kepala 6 pada saat itu. Alasannya sederhana, dia tidak bersedia bergabung dengan pemberontak, karena dia tidak ingin terlibat konflik dengan orang-orang yang dulu sama-sama berjuang dengannya pada masa-masa sebelumnya yang pada saat itu berdiri di pihak pemerintah pusat. Saya sendiri, tidak pernah menanyakan secara persis, kenapa dia bisa lolos dari upaya untuk melenyapkannya pada saat itu. Yang jelas, Allah sekali lagi menyelamatkan nyawanya.
Datuk saya ini sangat sayang kepada tempat dimana anak dan istrinya tinggal, termasuk rumah gadang dimana ayahnya dilahirkan dan dibesarkan. Ini dibuktikannya dengan mengeluarkan dana yang sangat banyak untuk melakukan renovasi besar terhadap rumah gadang dimana kami tinggal pada tahun 1979, saat itu saya sudah duduk di kelas III SD Negeri no.2 Kumango. Pada awalnya kami hanya berniat untuk merombak tingkok (dinding depan) rumah gadang tersebut dengan menggunakan sejumlah uang yang terkumpul dari hasil penjualan cengkeh yang harganya sangat memakmurkan petani pada saat itu. Ketika diutarakan kondisi itu oleh Ibu saya, ternyata beliau bersedia untuk menyanggupi pembiayaan rehab berat terhadap rumah itu. Saya masih ingat, saya adalah orang selalu dengan setia menjemput wesel kiriman beliau ke kantor Kepala Desa setiap kali kiriman uangnya sampai ke Kumango dan kemudian mengantarkan ibu saya ke kantor Pos Batusangkar untuk menguangkannya dengan menggunakan lembar kartu C7. Sedih sekali melihat rumah gadang itu sekarang tersia-sia tanpa dihuni.
Pada momen menjelang detik-detik peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 2016 ini, entah kenapa saya selalu teringat pada beliau. Dibalik sifatnya yang keras, saya sangat mencintainya. Dia telah berkorban yang tidak sedikit untuk Bangsa dan Negara ini, termasuk juga untuk anak dan cucunya. Khususnya saya, kedua kakak saya, dan Ibu saya selama beliau hidup. Walaupun penghargaan yang diberikan oleh pemerintah kepada beliau tidak sampai pada level Pahlawan Kemerdekaan, bagi kami, dia adalah seorang Pahlawan besar. Semoga Allah melapangkan kuburnya, menerima semua amal jariahnya, dan mengampuni segala dosanya. Amin ya Robbal ‘Aalamien…..!
Payakumbuh, Jum’at, 9 Zulqaidah 1437 bertepatan dengan 12 Agustus tahun 2016
1) Eksistensi Silat Tua Kumango ini pernah diekspos oleh Makmur Hendrik (Pendiri Perguruan Silat Pat Ban Bu di Padang dan pengarang buku cerita Silat, Tikam Samurai yang mengatakan kalau Silat Kumango adalah Silat yang paling tua di Minangkabau dan sudah ada sejak tahun 400 masehi, berasal dari Biara Saolin di Tiongkok. Keberadaan Silat Tua Kumango ini juga pernah di-iyakan oleh Nenek Saya, Salamah Ibrahim yang mengatakan kalau di Rumah Gadang kami dulu pernah hidup seorang jawara yang juga memakai gelar Pakieh Marajo seperti Inyiek Saya(Ayah dari Datuk saya) di gelari oleh orang Kumango dengan Haji Bagak (namun sampai tulisan ini saya turunkan, saya tidak tahu namanya, dan kami sendiri tidak tahu dia beristri dengan siapa). Yang jelas, Haji Bagak ini hidup sebelum masa jaya Angku Surau Subarang. Semasa dia hidup, dia sangat ditakuti oleh semua lawan-lawannya dan disegani oleh semua kawan sepergaulan. Dari ibu saya, Smirna Syamsuddin, kemudian saya mengetahui kalau Haji Bagak ini semasa hidupnya juga guru Mengaji dan Surau-nya ada di Polak Nenek Nurisa (Neneknya Surya Arson, Ibundanya Tek Yasti, Supanjang) yang terdapat menjelang Tobek Tanjueng. Puing-puing pondasi surau itu (bekas pondasinya) akan masih bisa dilihat dengan jelas jika polak itu di bersihkan.
Berbicara tentang Nenek Nurisa ini, dia termasuk kerabat khusus buat keluarga saya, selain dia juga adalah orang Supanjang, dia juga adalah istri dari Kakak Kandung Datuk saya, Haji Rasyad. Artinya, Ibu saya dengan Tek Yasti adalah saudara sepupu.
2) Mak Ai (Muhammad Syarif), urang Caniago, adalah Guru Silat Kumango yang selain Silat Kumango juga menguasai Silat Pauh, Padang dan sangat kenal gerakan-gerakan silat, Lintau, Silat Sungai Patai, Silat Maninjau, dan Silat Pariaman. Selain dari seorang guru Silat, dia juga dikenal sebagai paranormal dan tukang urut semasa di hidup.
3) Mak Kin (Zakir), urang Supanjang Ilie, Spesialis-nya memang Silat Kumango dan punya andil yang besar dalam mempertahankan eksistensi Silat Kumango semasa beliau hidup;baik dengan mengajarkannya pada orang Kumango sendiri, maupun pada orang luar Kumango.
4) Bunga Silat ini maksudnya gerakan-gerakan silat yang biasa digunakan oleh para pendekar Silat untuk “bagaluik” atau bergurau sambil mengulang-ulang langkah, sekaligus versi silat yang bisa dipertontonkan kepada khalayak ramai.
5) Bung Hatta adalah sahabat dekat Datuk saya. Kebetulan mereka sebaya, karena dilahirkan pada tahun 1902. Cuma, segmen perjuangan mereka berbeda, Bung Hatta berjuang secara diplomatis, sementara Datuk saya ini berjuang secara fisik. Dan dia mengisahkan, dia ikut mengantarkannya ke Lapangan Terbang Gadut, Bukittinggi, ketika akan berangkat kuliah ke Belanda. Selain dengan Bung Hatta beliau juga sangat kenal baik dengan Buya Hamka yang umurnya 6 tahun lebih muda darinya.

Komentar
Drs Bujang

Tambo Kami dari Pihak Ayah (Kumango-Piliang Laweh Ateh)
Generasi I :
Sanang Suntut/Sanano Suntuak:
Generasi II :
1. Laweh
2. Jati Elok
3. Mijah
Generasi III :
Anak Laweh :
1. Amin
2. Ngenek
3. Mak Usin
4. Minok Manti
Anak Jati Elok :
1. Mak Asin
2. Sanang Sulut
Anak Mijah :
1. Sanang Elok
2. Timah
3. Jamilan
4. Mak Adan
5. Djariah
Generasi IV :
Anak Sanang Sulut :
1. Amin
2. Atin
3. Muin
4. Unuh
Anak Sanang Elok :
1. Reno Ali
2. Subuh Dt Bijo
3. Idjah
Anak Timah:
1. Siti Palangai
Anak Jamilan :
1. Djalia
2. Rasah
3. Djamia
Anak Djariah :
1. Rasad Gadang
2. Insah
3. Ludin
4. Djajad
5. Marajam
Generasi V :
Anak Idjah :
1. Unus
2. Kimin
3. Nur'aini
Anak Siti Palangai :
1. Siti Lahama
2. Sjamsudin
3. Mijan
Anak Rasah :
1. Sijah
2. Mimah
3. Nukiah
Anak Insah :
1. Damin
2. Akup
3. Maraliah
4. Munah
5. Dasimin
6. Nurela
7. Dasima
Generasi VI :
Anak Sijah :
1. Sjamsinar
2. Rosima
3. Abas
Anak Nukiah :
1. Rosliana
2. Amad Sikar
3. Jusni
Anak Maraliah :
1. Sjamsubahri
2. Marlinas (Lampung)
Anak Munah :
1. Suli
2. Zulkipli
3. Zaini
Anak Nurela :
1. Zainal (Bengkulu)
2. Bustami ( Kepahiang-Bengkulu)
3. Bustaman (Kepahiang-Bengkulu)
4. Yunuski (Bengkulu)
5. Zubaidah (Lubuk Linggau)
6. Zulbakri (Palembang)
7. Zulasmi (Lubuk Linggau)
Anak Dasima :
1. Daswar (Bengkulu)
2. Edwar
3. Miswar
4. Suwarni (Curup-Bengkulu)
5. Suwarti (Bengkulu)
6. Sumardi
7. Herman (Curup-Bengkulu)
8. Nofeman
9. Afridaleli (Curup-Bengkulu)
Generasi VII
Anak Zainal :
1. Samsu Komar (Riau)
2. Nunung ( Gresik)
3. Dayat (Bengkulu )
4. Mujahidin (Bengkulu )

Anak Bustami :
1. Rahmat Amin (Kepahiang)
2. Rahmi *Bengkulu)
3. Rahma (Kepahiang)
4. Rahman (Bengkulu )
5. Rahim (Kepahiang)
Anak Bustaman :
1. Indra Utama (Bengkulu)
2. Suryani (Palembang)
3. Muhammad Idris (Palembang)
4. Zulaiha (Bengkulu)
5. Nur'aini (Bengkulu )
6. Muhammad Yamin (Bengkulu )
7. Fatimah ( UNP_Padang)
Anak Yunuski di Bengkulu
1. Aflahah (Bengkulu)
2. Perempuan (Bengkulu)
3. Raihan (Bengkulu)
4. Tajak (Bengkulu)
5. Laki-laki (Bengkulu)
6. Laki-laki (Bengkulu)
7. Laki-laki (Bengkulu)
8. Laki-laki (Bengkulu)
Anak Zubaidah
1. Masrizal (Curup)
2. Yuli/Elok (Lubuk Linggau)
3. Dayat (Lubuk Linggau)
4. Tini (Lubuk Linggau)
Anak Zulbakri
1. Yudi (Bandung)
2. Yopi (Lampung)
3. Deni (Kepahiang)
4. Nando (Curup)
5. Avit (Curup)
6. Anto (Padang)
7. Adi (Palembang)
8. Laki-laki (Palembang)
9. Perempuan (Palembang)
Anak Zulasmi:
1. Eko (Lebong-Bengkulu)
2. Perempuan (palembang)
3. Kiki (Palembang)

Kamis, 26 Mei 2016

tips..

6 Tips motivasi

Secara ringkas, motivasi adalah semangat pendorong untuk melakukan sesuatu. Berikut ini adalah beberapa tips motivasi yang semoga bermanfaat.

1.  Selalu bersyukur akan apa yang kita dapatkan.

Mungkin hal ini adalah sederhana, namun sangat memotivasi diri kita saat kita terpukul atau terjatuh dengan target-target yang dinanti-nanti dan diharapkan untuk terjadi, tapi faktanya meleset. Pengungkapan syukur melalui 3 cara.
Dengan hati. Lihatlah sekeliling kita yang ada dibawah kita. Yakin hal ini akan membuat hati kita lembut dan mensyukuri akan nikmat-nikmat yang oleh sebagian orang tidak dapat menikmatinya.
Dengan lisan, dengan ucapkan alhamdulillah. Nikmat yang kita rasakan tidak akan kita peroleh tanpa seijin dari pemilik tubuh kita, pemilik jasad kita, juga pemilik ruh kita. Trus kita ini siapa? Kita adalah makhluk yang diberi pinjaman untuk dapat berkarya, dan membagikan kebahagiaan kepada orang lain.
Dengan perbuatan. Syukur dengan membagikan kebahagiaan kepada orang lain. Rasakanlah kebahagiaan yang timbul saat kita dapat melihat kebahagiaan yang muncul melalui tangan kita. Ada rasa menyeruak dalam dada merasakan bahagia meski buliran air mata mengalir tidak terasa. Jika kita pernah merasakannya, ulangi ulangi dan ulangi.
2. Lakukan apa yang kita minati.

Hal ini akan memotivasi kita untuk melakukannya. Karena dengannya kita merasa enjoy, dan dengannya tak kan ada rasa bosan dan letih. Banyak dari saudara kita yang mereka bekerja karena tuntutan, bukan karena mereka menyukainya. Dari hasilnya kita akan tahu mana yang bekerja karena menyukainya, atau bekerja karena tuntutan. Orang bekerja dengan diikuti rasa senang, akan menambahkan detil-detil secara sukarela.

3. Jika tidak seperti yang kita inginkan.

Yakinkan pada diri sendiri, jika posisi ini adalah step awal menuju yang kita inginkan. Tentunya ada hikmahnya. Apapun keadaanannya. Tetap lakukan yang terbaik yang kita bisa, karena itu memperlihatkan kualitas kita.

4. Cermati, perhitungkan, dan tangkap peluang yang ada.

Setiap kita memiliki peluang-peluang menuju sukses. Namun hanya sedikit orang yang mampu memanfaatkan peluang itu. Terkadang kita melihat ada peluang, namun memiliki keterbatasan, misal keterbatasan modal, keterbatasan keahlian dan lain-lain. Itulah gunanya bermasyarakat, adanya berinteraksi, bersosialisasi, dan bertolong-menolong. Dengan bekerja sama tentu akan  menghasilkan yang positif sesuai target dan keinginan bersama. Asah terus kemampuan untuk melihat peluang.

5. Berkumpul dengan orang yang bermotivasi.

Prinsip ini sama dengan istilah penjual minyak wangi akan berbau wangi dengan sendirinya.

6. Selalu dekatkan diri pada Allah.

Adakalanya dalam berusaha mengalami pasang surut. Hambatan dan rintangan dalam melangkah. Pastikan pada diri sendiri bahwa semua itu ada hikmahnya. Mungkin sajakan itu adalah cara Allah untuk mendidik kita. Kita tidak akan dididik seperti di bangku sekolah, tapi kita dididik melalui peristiwa-peristiwa. Kita akan mendapatkan pelajaran dari universitas yang skalanya lebih besar. yaitu universitas kehidupan.
Semoga kita termasuk orang-orang yang dapat memberi manfaat kepada orang lain.  Semoga Allah mengijinkannya.. Amin.
http://unived.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
Jalan Meranti Raya No 32 Kota Bengkulu 38228 Telp (0736)22027, 26957
Fax (0736) 341139

QUIZ  SEMESTER  GENAP
MATAKULIAH                    : SISTEM KOMPUTER AKUNTANSI
DOSEN PENGASUH         : INDRA UTAMA, SE. MM
KELAS                                    : D-III MANAJEMEN INFORMATIKA
SEMESTER                           : IV (Empat)
HARI/TANGGAL                                : 26  Mei  2016
WAKTU                                                : ..........................................
RUANG                                                : ..........................................
         
PERTANYAAN  

1.       SEBUTKAN DAN JELASKAN JENIS PERUSAHAAN MENURUT KEGIATANNYA
2.       APA YANG DIMAKSUD DENGAN HARTA? DAN APAKAH ORANG YANG TIDAK MEMILIKI HARTA DAPAT MELAKUKAN TRANSAKSI KEUANGAN? JELASKAN
3.       APA  YANG DIMAKSUD DENGAN BUKU BESAR
4.       KAPAN SEBUAH PERUSAHAAN AKAN MENDAPAT KEUNTUNGAN DAN KAPAN MENDAPAT KERUGIAN.

==SELAMAT BEKERJA, SEMOGA SUKSES==




quiz...............

http://unived.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
Jalan Meranti Raya No 32 Kota Bengkulu 38228 Telp (0736)22027, 26957
Fax (0736) 341139

QUIZ  SEMESTER  GENAP
MATAKULIAH                    : SISTEM KOMPUTER AKUNTANSI
DOSEN PENGASUH         : INDRA UTAMA, SE. MM
KELAS                                    : D-III MANAJEMEN INFORMATIKA
SEMESTER                           : IV (Empat)
HARI/TANGGAL                                : 26  Mei  2016
WAKTU                                                : ..........................................
RUANG                                                : ..........................................
         
PERTANYAAN  

1.       SEBUTKAN DAN JELASKAN JENIS PERUSAHAAN MENURUT KEGIATANNYA
2.       APA YANG DIMAKSUD DENGAN HARTA? DAN APAKAH ORANG YANG TIDAK MEMILIKI HARTA DAPAT MELAKUKAN TRANSAKSI KEUANGAN? JELASKAN
3.       APA  YANG DIMAKSUD DENGAN BUKU BESAR
4.       KAPAN SEBUAH PERUSAHAAN AKAN MENDAPAT KEUNTUNGAN DAN KAPAN MENDAPAT KERUGIAN.

==SELAMAT BEKERJA, SEMOGA SUKSES==




Rabu, 10 Februari 2016

ANALISIS KINERJA DAN IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELATIHAN KELOMPOK PEMANFAAT DAN PEMELIHARA PADA PROGRAM PNPM – PISEW DI PROVINSI BENGKULU

 Analisis Kinerja dan Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Kelompok Pemanfaat Dan Pemelihara                                             PADA Program PNPM – PISEW DI PROVINSI BENGKULU

Indra Utama 1)
Fahrudin JS Pareke dan Nasution 2)

ABSTRACT
The objective of  this research is to Acquire Preview Performance Recovery Group and maintainer, Knowing gaps/ inadequacies Recovery Working Group and maintainer, Identify training needed by administrators and custodians Recovery Group.  This research is a descriptive study with a qualitative approach.  Data were collected through questionnaire to 30 respondents and conducted  interviews to 4 people and 4 Sub Working Group Facilitator District. Based on the results of the study found that the respondents (administrators group users and custodians) gives value - average overall element to the performance of groups of users and custodians are 2, 36 which means Not Good. Of the five elements / variables under study is related to availability of performance planning and budgeting infrastructure maintenance activities, the controlled utilization and maintenance of infrastructure, contributions of users as well as from the others is manageable, the availability of physical progress reports on a regular basis, the availability of technical skills of construction. For elements - elements that need to be improved, then the required training in order to cover a gap between the ideal performance/ standards organization with actual performance.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berbagai upaya untuk mengatasi masalah kesenjangan antar wilayah kemiskinan, dan pengangguran telah lama dilakukan oleh Pemerintah melalui berbagai kebijakan dan program nasional. Mulai pada tahun 1994, Pemerintah menjalankan Program Inpres Desa Tertinggal (IDT) yang kemudian dilanjutkan dengan Program Pembangunan Persiapan sarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Pengembangan Persiapan Sarana Pedesaan (P2D), Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), Proyek Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Daerah (P2MPD) dan PNPM - PISEW.  PNPM – PISEW merupakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari program sebelumnya, yaitu Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D).
Semua bangunan fisik yang dibangun oleh program PNPM – PISEW tersebut pengelolaan dan pemeliharaannya di tangani langsung oleh Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP).  Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) dibentuk dan ditetapkan melalui Musyawarah Desa yang difasilitasi oleh Fasilitator Kecamatan (FK). Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) disahkan oleh Kepala Desa Atas atas sepengetahuan Camat.
Sesuai dengan buku panduan program PNPM – PISEW, pembentukan KPP bertujuan untuk:
1)      Berfungsinya prasarana dan sarana yang telah dibangun secara berkelanjutan, guna meningkatkan kualitas hidup dan tingkat perekonomian masyarakat.
2)      Tumbuhnya kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sumber-sumber pembiayaan untuk pemanfaatan dan pemeliharaan.
3)      Meningkatnya fungsi kelembagaan masyarakat di desa dan kecamatan dalam pengelolaan hasil kegiatan.
4)      Tumbuhnya rasa memiliki terhadap hasil kegiatan yang telah dilaksanakan.
Keberadaan KPP sangat penting bagi awetnya konstruksi bangunan hasil program PNPM – PISEW.  Oleh karena itu perlu dilakukan penguatan kapasitas terhadap pengurus KPP, sehingga KPP bisa melakukan peran – peran strategisnya.  Beberapa indikator terkait kinerja KPP adalah tersedianya perencanaan kegiatan dan penganggaran pemeliharaan infrastruktur, terkendalinya pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur, terkelolanya kontribusi dari pengguna serta bantuan pihak lain, tersedianya laporan perkembangan fisik secara rutin,  tersedianya kemampuan teknis konstruksi.
Berdasarkan realitas yang terjadi tersebut peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian dalam bentuk Tesis, yang berjudul ”Analisis Kinerja dan Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Kelompok Pemanfaat Dan Pemelihara Dalam Program PNPM – PISEW”.
Rumusan Masalah
Permasalahan mendasar yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:                         1) Bagaimana Kinerja Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP).
2) Kesenjangan/Ketidakcakapan Kerja Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP),    3) Pelatihan yang dibutuhkan oleh Kelompok Pemanfaat dan pemelihara (KPP).
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1)      Memperoleh Gambaran Kinerja Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara
2)      Mengetahui Kesenjangan/Ketidakcakapan Kerja Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara
3)      Mengidentifikasi Pelatihan yang dibutuhkan oleh pengurus Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara
Kegunaan Penelitian
Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan ilmu manajemen SDM khususnya mengenai pengelolaan kinerja KPP melalui pendidikan dan pelatihan.  
Bagi Pihak Pengelola Program PNPM – PISEW Bengkulu.
a) Memberi informasi mengenai aspek – aspek apa saja yang perlu di perbaiki atau ditingkatkan dalam kinerja KPP PNPM PISEW
b) Memberi masukan faktor peningkatan kinerja yang dapat dilakukan melalui pelatihan.
Bagi Pihak lain.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi suatu sumbangan dan menjadi bahan untuk penelitian selanjutnya di bidang pendidikan dan pelatihan bagi Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara.   
TINJAUAN PUSTAKA
 Pengertian Kinerja
Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 503) adalah merupakan kata benda (n) yang artinya: 1) sesuatu yang dicapai, 2) Prestasi yang diperlihatkan, 3) kemampuan kerja (peralatan).
            Menurut Rivai (2005: 14) “kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan sesorang secara keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target/sasaran atau criteria yang telah disepakati bersama”.
            Pengertian kinerja menurut Mangkunegara (2001: 67) adalah “hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. 
Menurut Santos (1999: 243), “kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dikerjakan, seperti produk ataupun jasa yang dihasilkan seseorang atau sekelompok orang”.  Selanjutnya, As’ad (1998: 74), mengatakan “kinerja sebagai hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku dalam pekerjaan yang bersangkutan”.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas – tugas yang dibebankan kepadanya, yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan.
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kinerja
            Teori tentang kinerja adalah teori psikologi tentang proses tingkah laku seseorang sehingga ia menghasilkan  sesuatu yang menjadi tujuan dari pekerjaan.  Menurut Tjiptono (1996: 219), “kinerja seseorang merupakan fungsi gabungan dari ketiga faktor penting yaitu, kemampuan dan minat, kejelasan dan penerimaan atas penjelasan peranan seseorang pekerja, serta tingkat motivasi”. 
Selanjutnya As’ad (1997: 102) menjelaskan bahwa “perbedaaan performance kerja antara orang yang satu dengan orang yang lainnya dalam situasi kerja adalah karena perbedaaan karakteristik dan individu.  Disamping itu, orang yang sama dapat menghasilkan performance kerja yang berbeda didalam situasi yang berbeda”.
Pengukuran Kinerja
Menurut Irianto (2000: 56) indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. 
Sedangkan menurut Manullang (1997: 87) mengatakan bahwa “penilaian kinerja adalah mengukur siapa mengerjakan apa dengan baik.  Dalam hal ini penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat – sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil termasuk tingkat ketidakhadiran”.  Berarti, fokusnya adalah untuk mengetahui seberapa produktif seseorang karyawan dan apakah ia bisa bekerja sama atau lebih efektif pada masa yang akan datang, sehingga karyawan, organisasi dan masyarakat semuanya
Kompetensi Kerja
            Menurut Aisworth, Smith dan Millership (2007: 73) mengatakan bahwa kompetensi merupakan kombinasi pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan pekerjaan .  kompetensi adalah kapasitas untuk menangani suatu pekerjaan atau tugas berdasarkan suatu standar yang telah ditetapkan suatu organisasi.
            Menurut Hutapea dan Thoha (2008: 4) mengemukan beberapa definisi kompetensi sebagai berikut: 1) Boyatzis (1982): kompetensi didefinisikan sebagai kapasitas yang ada pada seseorang yang bias membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang disyaratkan oleh pekerjaan dalam suatu organisasi sehingga organisasi tersebut mampu mencapai hasil yang diharapkan, 2) Woordruffe (1991): membedakan antara pengertian competence dan competency, yang mana competence diartikan sebagai konsep yang berhubungan dengan pekerjaan, yaitu menunjukkan “wilayah kerja dimana orang dapat menjadi kompeten atau unggul.  Sedangkan competency merupakan konsep dasar yang berhubungan dengan orang, yaitu ,menunjukkan dimensi perilaku yang melandasi perestasi unggul (competent).
            Menurut Watson Wyatt dalam Ruky (2003: 106) kompetensi merupakan kombinasi dari keterampilan, pengetahuan dan perilaku yang dapat diamati dan diterapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah organisasi dan prestasi kerja serta kontribusi pribadi karyawan terhadap organisasinya.
Pelatihan
            Menurut Notoatmojo (2003), pelatihan adalah suatu proses yang akan menghasilkan suatu perubahan perilaku sasaran diklat.  Secara kongkret perubahan perilaku  ini berbentuk peningkatan kemampuan dari sasaran diklat.
Pelatihan menurut Gary Dessler (2009: 280) adalah proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, keterampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. 
Tujuan umum pelatihan sebagai berikut: (1) untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif, (2) untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional, dan (3) untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan teman-teman pegawai dan dengan manajemen (pimpinan).
Analisa Kebutuhan Pelatihan
Analisis kebutuhan pelatihan akan mencerminkan keadaan yang sesungguhnya yang dihadapi oleh para calon peserta pelatihan dalam melaksanakan tugasnya, jika dibandingkan dengan sesuatu yang menjadi standar.
            Dalam menganalisis kebutuhan pelatihan dicoba dibandingkan antara hasil pekerjaan (kinerja) sekarang yang sedang mereka kerjakan dengan apa yang diinginkan (kinerja yang diharapkan) sesuai dalam standar operasi yang telah ditetapkan.
            Adanya perbedaan antara kedua kinerja tersebut merupakan petunjuk tentang adanya permasalahan yang dihadapi oleh karyawan dan organisasi. Perbedaan atau masalah itu merupakan petunjuk apa yang perlu disiapkan bagi pemilihan strategi (pelatihan atau non pelatihan) dan pemilihan program pelatihan.
Analisis kebutuhan pelatihan adalah suatu proses membandingkan kemampuan individu dengan standar operasional kerja untuk menghasilkan kebutuhan pelatihan yang sebenarnya.
Analisis kebutuhan pelatihan memiliki berbagai fungsi yang meliputi:
1.      Mengumpulkan informasi kemampuan keterampilan, pengetahuan dan sikap.
2.      Mengumpulkan tentang uraian kerja dan uraian kerja yang sebenarnya.
3.      Mendefenisikan/menetapkan secara terperinci manfaat kemampuan yang sebenarnya.
4.      Mengembangkan dukungan dengan melibatkan pengambil keputusan.
5.      Menyediakan data untuk perencanaan.           
Dalam pelaksanaan  identifikasi/penelitian tentang analisis kebutuhan pelatihan digunakan metode deskriptif yang secara harfiah adalah penelitian untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi atau kejadian yang tidak menerangkan saling hubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif.
Simamora (2004) mengatakan bahwa analisa kebutuhan pelatihan merupakan suatu proses pengumpulan dan analisis data dalam rangka mengidentifikasi bidang – bidang atau faktor – faktor apa saja yang ada di dalam perusahaan yang perlu ditingkatkan atau diperbaiki agar kinerja pegawai dan produktivitas perusahaan menjadi meningkat.  Tujuan penelitian kebutuhan ini adalah:
Mengingat bahwa pelatihan pada dasarnya diselenggarakan sebagai sarana untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gap (kesenjangan) antara kinerja yang ada saat ini dengan kinerja standar atau yang diharapkan untuk dilakukan oleh si pegawai, maka dalam hal ini analisis kebutuhan pelatihan merupakan alat untuk mengidentifikasi gap-gap yang ada tersebut dan melakukan analisis apakah gap-gap tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan melalui suatu pelatihan.
Menurut Handoko (1995: 103) terdapat 2 (dua) tujuan utama dari program pelatihan, yaitu: “Pertama, latihan dan pengembangan dilakukan untuk menutup “gap” antara kecakapan atau kemampuan pegawai dengan permintaan jabatan. Kedua, program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja pegawai dalam mencapai sasaran kerja yang telah ditetapkan.”
Pengertian analisis kebutuhan pelatihan adalah suatu sistematika, penentuan pendidikan dan pelatihan yang diperoleh dari tiga jenis analisis. Ketiga analisis ini diperlukan dalam menentukan sasaran program pendidikan dan pelatihan. Ketiga analisis tersebut adalah analisis organisasi, analisis pekerjaan, dan analisis individu.
Alur Pikir
Berdasarkan tinjauan pustaka dan tujuan penelitian maka sumber informasi yang akan digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan KPP PNPM – PISEW dalam rangka peningkatan kinerja adalah aspek – aspek yang berhubungan dengan kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara, sebagai berikut:
a.       Melakukan Analisis Organisasional
Analisis ini berusaha mengetahui apa tujuan dan sasaran yang ingin dicapai organisasi dalam hal kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara, karena kebutuhan pelatihan haruslah merupakan bagian dari keseluruhan visi, misi dan strategi organisasi.
b.      Melakukan Analisis Operasional
Analisis tingkat ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan kelompok pemanfaat dan pemelihara dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan.   
c.       Melakukan Analisis Personalia
Analisis di tingkat ini akan difokuskan pada identifikasi kesenjangan antara pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kelompok pemanfaat dan pemelihara saat ini dengan kebutuhan pencapaian kinerja. 
Kerangka Penelitian
Kinerja Standar
Kesenjangan Kinerja

Kebutuhan Pelatihan
Kinerja Aktual
Kesenjangan Kompetensi






        

         Dalam melaksanakan pelatihan hal yang paling utama dan pertama adalah

analisis kebutuhan pelatihan. Analisis kebutuhan pelatihan akan mencerminkan keadaan yang sesungguhnya yang dihadapi oleh para calon peserta pelatihan dalam melaksanakan tugasnya, jika dibandingjkan dengan sesuatu yang menjadi standar.
          Dalam menganalisis kebutuhan pelatihan dicoba dibandingkan antara hasil pekerjaan (kinerja) sekarang yang sedang mereka kerjakan dengan apa yang diinginkan (kinerja yang diharapkan) sesuai dalam standar operasi yang telah ditetapkan.
            Adanya perbedaan antara kedua kinerja tersebut merupakan petunjuk tentang adanya permasalahan yang dihadapi oleh karyawan dan organisasi. Perbedaan atau masalah itu merupakan petunjuk apa yang perlu disiapkan bagi pemilihan strategi (pelatihan atau non pelatihan) dan pemilihan program pelatihan.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.  Pendekatan kualitatif digunakan agar peneliti dapat mengeksplorasi lebih dalam tentang faktor penyebab tidak tercapainya kinerja Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara di setiap desa yang mendapat program PNPM – PISEW melalui observasi partisipatif dilapangan.
Definisi Operasional
            Penelitian ini merupakan upaya untuk menganalisis kinerja dan mengidentifikasi kebutuhan pelatihan kelompok pemanfaat dan pemelihara pada program PNPM – PISEW.
1.      Kinerja KPP adalah kinerja yang dicapai berdasarkan buku panduan               PNPM – PISEW yang dikeluarkan oleh sekretariat nasional yang meliputi tersedianya perencanaan kegiatan dan penganggaran pemeliharaan infrastruktur, terkendalinya pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur, terkelolanya kontribusi dari pengguna serta bantuan pihak lain, tersedianya laporan perkembangan fisik secara rutin dan tersedianya kemampuan teknis konstruksi.
2.      Kompetensi dan Kesenjangan Kompetensi Kerja adalah kapasitas untuk menangani suatu pekerjaan berdasarkan suatu standar yang sudah ditetapkan.  Sedangkan kesenjangan kompetensi kerja adalah selisih antara standar yang sudah ditetapkan dengan standar kinerja sesungguhnya.
3.      Kebutuhan Pelatihan yang dibutuhkan. 
Tabel 3.1: Variabel Penelitian dan Indikator
No

Variabel
Indikator
Cara mengukur
1
Kinerja KPP
Tersedianya perencanaan kegiatan dan penganggaran pemeliharaan infrastruktur

-          KPP sudah memiliki perencanaan kegiatan pemeliharaan secara rutin
-          KPP sudah memiliki penganggaran kegiatan pemeliharaan secara rutin
-          Perencanaan dan penganggaran kegiatan pemeliharaan sudah tertuang dalam bentuk form isian yang ditandatangani oleh Kepala Desa dan ketua KPP
Kuisioner



Terkendalinya pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur
KPP sudah memiliki jadwal pertemuan rutin pengurus dengan anggota
-          KPP sudah memiliki aturan kelompok secara tertulis
-          Setiap kegiatan KPP selalu di evaluasi realisasi pelaksanaannya
Kuisioner


Terkelolanya kontribusi dari pengguna serta bantuan pihak lain

-          Operasional KPP berasal dari iuran anggota
-          Selain dari iuran anggota, Operasional KPP juga berasal dari bantuan pemerintah desa
-          Selain dari iuran anggota, Operasional KPP juga berasal dari bantuan pihak lain yang tidak mengikat
-          Selain dari iuran anggota, Operasional KPP juga berasal dari usaha lain dari pengurus yang sah
Kuisioner


Tersedianya laporan perkembangan fisik secara rutin
-          KPP memiliki berita acara pembentukan
-          KPP memiliki surat pernyataan kesanggupan pemanfaatan dan pemeliharaan
-          KPP memiliki daftar pengurus dan anggota
-          KPP selalu menggunakan buku notulen rapat
-          KPP mempunyai catatan rencana dan realisasi
-          KPP memiliki buku catatan keuangan berupa kas harian
Kuisioner


Tersedianya kemampuan teknis konstruksi
-          KPP memiliki jadwal rutin pemeriksaan dan pemeliharaan
-          Anggota KPP ada yang sudah memahami teknis pemeliharaan
-          Anggota KPP ada yang pernah bekerja pada bidang konstruksi             
-          Anggota KPP ada yang pernah sekolah Kejuruan bidang Bangunan
Kuisioner
2
Kebutuhan Pelatihan
Kebutuhan Pelatihan
-          Identifikasi kebutuhan pelatihan yang dibutuhkan
Wawancara
Metode Pengambilan Sampel  
            Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengurus KPP yang terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara yang ada di program PNPM – PISEW di provinsi Bengkulu yang berjumlah 285 KPP. Subjek penelitian adalah data individu pengurus KPP yaitu ketua dan sekretaris atau bendahara yang ada di empat kabupaten yang mendapat program PNPM – PISEW.  Sedangkan untuk wawancara adalah Fasilitator Kecamatan dan PJOK kecamatan.
Tabel 3.2: Kerangka Sampling
No
Kabupaten
Jumlah KPP
Jumlah Sampel KPP
Jumlah Responden setiap  KPP
Total Responden
1
Rejang Lebong
58
3
2
6
2
Lebong
59
3
2
6
3
Kaur
53
3
2
6
4
Muko Muko
115
6
2
12

Jumlah
285
15
2
30
Dengan menggunakan proporsional klaster Random sampling sebanyak 15 KPP dari total 285 KPP.  Masing – masing KPP diwakili oleh ketua dan sekretaris sebagai responden (Uma Sekara, 2006). 
Metode Pengumpulan Data  
Kegiatan pengumpulan data dengan menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sesuai jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1)  Angket/Kuisioner
            Angket atau kuisioner merupakan sekumpulan daftar pertanyaan yang lengkap dan terperinci, yang butir – butirnya berhubungan dengan masalah penelitian.  Angket yang digunakan berbentuk tertutup dengan menggunakan skala likert, sehingga responden tinggal memilih salah satu alternative jawaban yang disediakan.  Masing – masing item pilihan jawaban dalam angket memiliki skor. Alternative jawaban responden tersebut, yaitu:
1.      Alternative pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), skor 5
2.      Alternative pilihan jawaban Setuju (S), skor 4
3.      Alternative pilihan jawaban Cukup Setuju (CS), skor 3
4.      Alternative pilihan jawaban Kurang Setuju (KS), skor 2
5.      Alternative pilihan jawaban Tidak Setuju (TS), skor 1
Responden hanya memilih salah satu jawaban dari alternative yang disediakan, sesuai dengan kenyataan yang dihadapi atau dialaminya.  Jawaban yang diberikan responden dalam bentuk membubuhkan tanda check list (√) sebagai jawaban pendek.  
2) Wawancara mendalam/Indefth interview
Wawancara jenis ini tidak dilaksanakan dengan struktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin focus pada permasalahan sehingga informasi yang dikumpulkan cukup mendalam, akan tetapi tetap mengacu pada pedoman wawancara yang telah ada sehingga informan memberikan informasi yang sebenarnya terutama berkenaan dengan perasaan, sikap, dan pandangan mereka terhadap pelaksanaan kerja.
Metode Analisis
Analisis data menurut Nasution (1996: 126) dilakukan dengan tiga langkah yaitu: reduksi, display dan  verifikasi.  Sedangkan menurut Moleong (1996: 103) adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan di dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar sehingga memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi uraian.
Dengan merujuk kepada pendapat Nasution (1996: 126) maka analisis data dalam penelitian dapat penulis uraikan sebagai berikut:
1.  Analisis Deskriptif Kualitatif
a.    Reduksi Data
Berbagai data masukan pada peneliti yang berkaitan dengan kinerja KPP  PNPM – PISEW Provinsi Bengkulu, dilakukan seleksi dengan mereduksi data dan informasi difokuskan kepada hal-hal yang sangat penting dan signifikan. Diharapkan dari hasil reduksi data akan membantu peneliti dalam hal pencarian kembali, pengkodean dan member gambaran yang lebih matang dari hasil pengamatan. 
b.   Display Data
Display data yaitu penampilan data berupa Tabulasi, kutipan wawancara dan pengisian kuisioner sehingga dapat menjelaskan struktur masalah dalam tema-tema yang sistematis dan dapat membantu peneliti dalam membuat kesimpulan yang lebih tepat. Misalnya bagaimana tersedianya perencanaan kegiatan dan penganggaran pemeliharaan infrastruktur, terkendalinya pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur.
c.    Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi
Verifikasi dengan metode triangulasi yaitu melakukan cek dan ricek kepada pihak-pihak terkait yang menjadi subyek pendukung dalam penelitian ini. Dengan melalui tahap reduksi data dan display data, peneliti melakukan penarikan kesimpulan setela semua persoalan serta berbagai data dan informasi terungkap.
2.  Analisis Kuantitatif
a.       Pengukuran Data atau Skoring
Penilaian terhadap kinerja KPP PNPM – PISEW Provinsi Bengkulu oleh pengurus terhadap unsur - unsur kinerja KPP, yakni: tersedianya perencanaan kegiatan dan penganggaran pemeliharaan infrastruktur, terkendalinya pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur, terkelolanya kontribusi dari pengguna serta bantuan pihak lain, tersedianya laporan perkembangan fisik secara rutin dan tersedianya kemampuan teknis konstruksi. Sistem penilaiannya dilakukan dengan menghitung skala interval persepsi responden dengan rumus :
                                                         Skor Nilai Tertinggi – Skor Nilai Terendah
Skala interval rata-rata =  ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
                                                                 Jumlah Kelas Interval
Pilihan jawaban menggunakan skala likert Tidak Setuju sampai dengan Sangat Setuju. Jawaban tidak setuju diberi skor 1; kurang setuju diberi skor 2; cukup setuju diberi skor 3; setuju diberi skor 4; dan sangat setuju diberi skor 5. Dari pilihan jawaban tersebut, selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus di atas:
                                                          5 - 1
Skala interval = ¾¾¾ = 0,80
                                                            5
Selanjutnya, persepsi responden di kelompokkan ke dalam kelas interval berikut ini:
Nilai Rata-rata Persepsi             Interprestasi
1,00 – 1,79                                               Tidak Baik     
1,80 – 2,59                                               Kurang Baik               
2,60 – 3,39                                               Cukup Baik                
3,40 – 4,19                                               Baik                            
4,20 – 5,00                                               Sangat Baik                

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Program PNPM - PISEW
PNPM – PISEW merupakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari program sebelumnya, yaitu Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D).
            Salah satu kegiatan yang dihasilkan dari Program PNPM - PISEW adalah  Peningkatan pelayanan infrastruktur sosial ekonomi pedesaan yang meliputi pembangunan infrastruktur pada 6 (enam) kategori, yaitu: 1) Infrastruktur Transportasi, 2) Peningkatan Produksi Pertanian, 3) Peningkatan Pemasaran Pertanian, 4) Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan, 5) Pendidikan, 6) Kesehatan.
Tujuan
            Mempercepat pembangunan ekonomi masyarakat pedesaan dengan berbasis pada sumberdaya lokal untuk mengurangi kesenjangan antara wilayah, pengentasan kemiskinan, memperbaiki pengelolaan pemerintahan daerah di tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa (local governance), serta penguatan institusi lokal di tingkat desa.
Sasaran
1.            Pengurangan tingkat kemiskinan melalui penciptaan lapangan kerja.
2.            Peningkatan pelayanan infrastruktur sosial ekonomi pedesaan yang meliputi pembangunan infrastruktur pada 6 (enam) kategori, yaitu : (i) transportasi (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan;
3.            Meningkatnya kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, yang tercermin dari menguatnya fungsi  KDS, melalui rangkaian pelaksanaan musyawarah pembangunan dari tingkat desa hingga ke tingkat kabupaten.
Karakteristik Responden (anggota dan Pengurus KPP)
            Penggalian data dari anggota dan pengurus KPP dilakukan dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 30 orang responden yang terlibat dalam kelompok pemanfaat dan pemelihara program PNPM – PISEW provinsi Bengkulu.  Berdasarkan kuesioner didapati gambaran mengenai identitas responden yaitu jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan, sebagaimana disajikan pada table – tabel berikut ini.
Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Demografis 
            Berdasarkan faktor demografis diketahui komposisi responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, dan jenis pekerjaan, sebagaimana disajikan dalam tabel 4.2.1
Tabel 4.2.1: Jumlah Persentase Responden Beradasarkan Faktor Demografis
Faktor Demografi
Keterangan
Jumlah (orang)
Persentase
Jenis Kelamin
Laki – Laki
30
100%
Perempuan
0
0%
Jumlah
30
100%
Usia
< 25 tahun
-
-
25 – 35 tahun
3
10%
36 – 45 tahun
19
63%
46 – 55 tahun
6
20%
>55 tahun
2
7%
Jumlah
30
100%
Pendidikan
SD
-
-
SMP
5
17%
SMA
20
66%
D3/S1//S2
5
17%
Jumlah
30
100%
Pekerjaan
PNS/TNI/Polri
2
7%
Petani
16
53%
Swasta
12
40%
Jumlah
30
100%
Sumber: hasil Penelitian 2012
           
Dari tabel 4.2.1 diketahui bahwa semua responden adalah laki – laki.  Banyaknya responden laki – laki tersebut karena memang kegiatan yang dilakukan oleh KPP sebagian besar terkait dengan pemeliharaan konstruksi.  Masyarakat Bengkulu masih beranggapan bahwa untuk kegiatan konstruksi masih dinominasi oleh laki- laki.
            Berdasarkan faktor demografi usia, dapat dilihat bahwa umur responden mayoritas berada pada usia 36 – 45 tahun. Dan sebagian kecil yang berusia < dari 25 tahun dan lebih dari 55 tahun.  Pada usia 36 – 45 tahun adalah usia produktif untuk bekerja dan memiliki kematangan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik. 
            Ditinjau dari latar belakang pendidikan responden diketahui bahwa rata – rata pendidikan responden adalah SMA/SMK sebanyak 20 orang dan tamat SMP 5 orang serta D3/S1/S2 sebanyak 5 orang.  Untuk yang memiliki latar belakang pendidikan SMP, pengetahuan tentang konstruksi relatif sedikit. 
            Berdasarkan pekerjaan, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah petani 16 orang, swasta 12 orang dan PNS 2 orang.  Responden dari swasta, sebagian besar pernah bekerja pada proyek konstruksi di masing – masing daerah.  Sedangkan untuk petani, selain sebagai petani, pada masa- masa senggang juga memiliki pekerjaan sambilan, baik sebagai tukang atau kenek tukang. 
Hasil Penelitian
            Dari hasil penelitian tentang kinerja KPP di program PNPM – PISEW provinsi Bengkulu, peneliti melakukan penelitian melalui pertanyaan dalam bentuk kuesioner dengan jumlah objek 15 KPP dari jumlah 285 KPP.    Subjek penelitian adalah data individu pengurus KPP yaitu ketua dan sekretaris atau bendahara yang ada di empat kabupaten yang mendapat program PNPM – PISEW.  Sedangkan untuk wawancara adalah Fasilitator Kecamatan dan PJOK kecamatan.
Kinerja KPP dilihat dari unsur “Tersedianya Perencanaan dan
Penganggaran Pemeliharaan Infrastruktur”
              Penilaian kinerja dilihat dari unsur/variabel ketersediaan perencanaan dan penganggaran pemeliharaan infrastruktur  terdiri dari 3 unsur penilaian.  Unsur – unsur penilaian tersebut, meliputi: tersedianya perencanaan kegiatan pemeliharaan secara rutin, ketersediaan penganggaran, ketersediaan form isian yang sudah ditandatangani oleh kepala desa dan ketua KPP, sebagaimana disajikan pada table 4.3.1 berikut ini. 
Tabel 4.3.1: Tanggapan  Responden terhadap Tersedianya perencanaan 
       kegiatan dan penganggaran pemeliharaan infrastruktur
No
Item Pertanyaan
Frekuensi Jawaban
Jumlah Skor
Jumlah Responden
Rata-Rata
Keterangan
1
2
3
4
5
1
KPP sudah memiliki perencanaan kegiatan pemeliharaan secara rutin
7
10
13


66
30
2.20
Kurang Baik
2
KPP sudah memiliki penganggaran kegiatan pemeliharaan secara rutin
5
12
13


68
30
2.27
Kurang Baik
3
pemeliharaan sudah tertuang dalam bentuk form isian yang ditandatangani oleh Kepala Desa dan ketua KPP
9
11
10


61
30
2.03
Kurang Baik

Rata – Rata





65
30
2.17
Kurang Baik
Sumber: hasil Penelitian 2012
Berdasarkan hasil kuesioner, didapati bahwa nilai rata- rata untuk unsur/variable tersedianya perencanaan kegiatan dan penganggaran pemeliharaan infrastruktur adalah sebesar 2.17.  Dengan nilai tersebut  kinerja KPP masuk dalam kategori kurang baik.  Dari jumlah responden yang mewakili KPP tersebut rata – rata hanya kurang dari 50 %  (13 responden) yang memiliki perencanaan kegiatan pemeliharaan.  Untuk item KPP yang sudah memiliki penganggaran kegiatan rata – rata kurang 50% ( 13 responden). 
Berikut tanggapan Pokja Kecamatan:
Pokja Kecamatan 1:
Salah satu persyaratan pada saat penandatanganan SP3 adalah harus sudah ada KPP. Ya, selama ini KPP hanya bekerja pada saat ada bangunan konstruksi yang sudah mulai rusak. Hanya ada beberapa KPP saja yang memiliki perencanaan dan penganggaran, terutama KPP jalan usaha tani/sentra produksi.
 Pokja Kecamatan 2:
Saya kira, setiap KPP pasti sudah memiliki perencanaan tentang kegiatan apa yang dilakukan. Tetapi mungkin masalah penganggaran masih berasal dari iuran anggota masing – masing.
Pokja Kecamatan 3:
Dari konfirmasi dengan kepala desa, KPP ada yang berjalan ada yang tidak, nanti saya coba konfirmasi karena saya baru pindah.
Berdasarkan wawancara dengan Pokja Kecamatan, didapati bahwa pada dasarnya kegiatan yang dilakukan oleh kelompok pemanfaat dan pemelihara sudah berjalan walaupun masih bersifat temporer dan belum rutin.  Dari 30 responden, 13 diantaranya menjawab bahwa di KPP sudah ada perencanaan dan penganggaran.
Kinerja KPP dilihat dari unsur “Terkendalinya Pemanfaatan dan
Pemeliharaan Infrastruktur”
            Penilaian kinerja dilihat dari unsur/variabel terkendalinya pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur  terdiri dari 3 unsur penilaian.  Unsur – unsur penilaian tersebut, meliputi: adanya jadwal pertemuan rutin pengurus dan anggota KPP, adanya aturan kelompok secara tertulis dan adanya evaluasi terhadap realisasi pelaksanaan kegiatan.
Tabel 4.3.2: Tanggapan  Responden terhadap Terkendalinya pemanfaatan dan
         pemeliharaan infrastruktur
No
Item Pertanyaan
Frekuensi Jawaban
Jumlah Skor
Jumlah Responden
Rata-Rata
Keterangan
1
2
3
4
5
1
KPP sudah memiliki jadwal pertemuan rutin pengurus dengan anggota
8
6
16


68
30
2.27
Kurang Baik
2
KPP sudah memiliki aturan kelompok secara tertulis
9
13
8


59
30
1.97
Kurang Baik
3
Setiap kegiatan KPP selalu di evaluasi realisasi pelaksanaannya
12
9
9


57
30
1.90
Kurang Baik


Rata – Rata





61.33
30
2.04
Kurang Baik
Sumber: hasil Penelitian 2012
Berdasarkan hasil kuesioner, didapati bahwa nilai rata- rata untuk untuk unsur/variable terkendalinya pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur adalah sebesar 2.04.  Dengan nilai tersebut  kinerja KPP masuk dalam kategori kurang baik. Dari 30 sampel penelitian,  KPP yang sudah memiliki jadwal pertemuan 16 responden menjawab sudah memiliki jadwal pertemuan rutin.  Artinya masih 14 responden yang belum memiliki jadwal pertemuan. 
Berikut tanggapan Pokja Kecamatan:
Pokja Kecamatan 1:
Saya belum melihat pertemuan KPP.  Padahal beberapa waktu yang lalu ada laporan terkait dengan rusaknya jalan usaha tani karena ada truk yang lewat membawa muatan penuh.
 Pokja Kecamatan 2:
Saya kira, setiap KPP pasti sudah memiliki jadwal pertemuan paling tidak pertemuan triwulan. Tentunya juga memiliki aturan kelompok sehingga dikemudian hari tidak ada keributan.
Pokja Kecamatan 3:
Pasti yang namanya organisasi ada jadwal pertemuan. Apalagi KPP yang memang tugasnya memelihara bangunan yang memang sangat mereka butuhkan
            Dari perbandingan data kuesioner dan wawancara, dapat dikatakan bahwa untuk aspek terkendalinya pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur, dari realisasi pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok pemanfaat dan pemelihara, yang sudah melakukan evaluasi baru sekitar 30% dari total sampel yang ada.  Sedangkan KPP yang sudah memiliki aturan tertulis baru sekitar 27 % dari total sampel yang ada. 
Kinerja KPP dilihat dari unsur “Terkelolanya Kontribusi dari Pengguna
Serta Bantuan Pihak lain”
Penilaian kinerja dilihat dari unsur/variabel terkelolanya kontribusi dari pengguna serta bantuan pihak lain yang terdiri dari 3 unsur penilaian.  Unsur – unsur penilaian tersebut, meliputi: adanya operasional KPP yang berasal dari iuran anggota, adanya sumber pendanaan yang berasal dari bantuan pemerintah, pihak lain yang tidak mengikat, serta usaha lain KPP yang sah yang dikelola dengan baik.
Tabel 4.3.3: Tanggapan  Responden terhadap Terkelolanya kontribusi dari
       pengguna serta bantuan pihak lain
No
Item Pertanyaan
Frekuensi Jawaban
Jumlah Skor
Jumlah Responden
Rata-Rata
Keterangan
1
2
3
4
5
1
Operasional KPP berasal dari iuran anggota telah dikelola dengan baik
1
4
24
1

85
30
2.83
Cukup Baik
2
Selain dari iuran anggota, Operasional KPP juga berasal dari bantuan pemerintah desa telah dikelola dengan baik
12
18



48
30
1.60
Kurang Baik
3
Selain dari iuran anggota, Operasional KPP juga berasal dari bantuan pihak lain yang tidak mengikat dikelola dengan baik
13
13
4


51
30
1.70
Kurang Baik
4
Selain dari iuran anggota, Operasional KPP juga berasal dari usaha lain dari pengurus yang sah dikelola dengan baik
16
8
6


50
30
1.67
Kurang Baik


Rata – Rata





58.5
30
1.95
Kurang Baik
Sumber: hasil Penelitian 2012
Berdasarkan hasil kuesioner, didapati bahwa nilai rata- rata untuk unsur/variable terkelolanya kontribusi dari pengguna serta bantuan pihak lain adalah sebesar 1.95.  Kinerja KPP masuk dalam kategori kurang baik.  Dalam unsur/ variable ini kontribusi dana operasional KPP baru semata – mata bersumber dari iuran anggota KPP (25 responden).  Dari 30 responden yang ada, 6 responden menjawab bahwa selain dari iuran anggota KPP juga sudah memiliki usaha lain yang menjadi sumber pendapatan KPP.   
Berikut tanggapan Pokja Kecamatan:
Pokja Kecamatan 1:
Dari pihak kecamatan maupun desa tidak ada anggaran untuk membantu biaya operasional KPP.  Tetapi dari anggota, saya mendengar ada iuran wajib.
 Pokja Kecamatan 2:
KPP di kecamatan kami, malah sudah memiliki usaha air isi ulang.  Sehingga sebagian keuntungan dapat menambah pemasukan KPP.
Pokja Kecamatan 3:
Sumber pendanaan masih berasal dari iuran anggota dan pengurus.  Biasanya setiap panen mereka membayar ke bendahara.  Jumlahnya sesuai dengan kesepakatan yang sudah dibuat.
            Dari perbandingan data wawancara dan kuesioner tersebut, sumber pendanaan KPP secara umum masih mengandal dari iuran para anggota.  Dari total sampel yang ada menjawab bahwa sumber pendanaan dari iuran anggota dan tidak ada alokasi bantuan dari pemerintah desa.
Kinerja KPP dilihat dari unsur “Tersedianya Laporan Perkembangan
Fisik Secara Rutin”
Penilaian kinerja dilihat dari unsur/variabel tersedianya laporan perkembangan fisik yang terdiri dari 6 unsur penilaian.  Unsur – unsur penilaian tersebut, meliputi: adanya berita acara KPP, adanya surat kesanggupan pemanfaatan dan pemeliharaan, adanya daftar pengurus dan anggota, adanya buku notulen rapat, adanya buku catatan rencana dan realisasi serta adanya pembukuan untuk pencatatan keuangan KPP.
Tabel 4.3.4 : Tanggapan  Responden terhadap Tersedianya laporan
         perkembangan fisik secara rutin
No
Item Pertanyaan
Frekuensi Jawaban
Jumlah Skor
Jumlah Responden
Rata-Rata
Keterangan
1
2
3
4
5
1
KPP memiliki berita acara pembentukan
1
1
21
7

94
30
3.13
Cukup Baik
2
KPP memiliki surat pernyataan kesanggupan pemanfaatan dan pemeliharaan
4
3
17
6

85
30
2.83
Cukup Baik
3
KPP memiliki daftar pengurus dan anggota
1
1
19
9

96
30
3.20
Cukup Baik
4
KPP selalu menggunakan buku notulen rapat
9
11
7
3

64
30
2.13
Kurang Baik
5
KPP mempunyai catatan rencana dan realisasi
7
10
13


66
30
2.20
Kurang Baik
6
KPP memiliki buku catatan keuangan berupa kas harian
8
8
14


66
30
2.20
Kurang Baik


Rata – Rata





78.5
30
2.62
Cukup Baik
Sumber: hasil Penelitian 2012
Berdasarkan hasil kuesioner, didapati bahwa nilai rata- rata untuk unsur/variable Tersedianya laporan perkembangan fisik secara rutin adalah sebesar 2.62.  Kinerja KPP masuk masuk dalam kategori Cukup Baik.  Dari 30 sampel yang ada sebanyak 28 responden mengisi bahwa KPP sudah memiliki berita acara pembentukan. Sedangkan untuk surat pernyataan kesanggupan pemanfaatan dan pemeliharaan sebanyak 23 responden mengisi memiliki.   
Berikut tanggapan Pokja Kecamatan:
Pokja Kecamatan 1:
Hampir semua KPP memiliki berita acara pembentukan serta memiliki surat kesanggupan pemanfaatan dan pemeliharaan. Wach, sudah pastilah setiap KPP memiliki anggota dan pengurus.  Secara administrasi pasti memilik pembukuan.
 Pokja Kecamatan 2:
Waktu penandatangan SP3, LKD harus menyiapkan KPP yang dibuktikan dengan berita acara.  Setiap KPP memiliki anggota dan pengurus.  Kalau masalah administrasi pembukuan, saya kurang tau juga.
Pokja Kecamatan 3:
Saya nggak tau, Mas, Mungkin saja ada
            Dari data wawancara dan kuesioner didapat informasi bahwa hampir semua KPP sudah memiliki berita acara pembentukan dan memili daftar pengurus dan anggota.  Sedangkan untuk kelengkapan administrasi berupa buku catatan keuangan dan catatan realisasi masih rendah..
Kinerja KPP dilihat dari unsur “Tersedianya Kemampuan Teknis
Konstruksi”
Penilaian kinerja dilihat dari unsur/variabel tersedianya laporan perkembangan fisik yang terdiri dari 4 unsur penilaian.  Unsur – unsur penilaian tersebut, meliputi: adanya jadwal pemeriksaan dan pemeliharaan secara rutin, adanya pemahaman teknis pemeliharaan, adanya latar belakang pekerjaan konstruksi dan latar belakang pendidikan yang terkait dengan konstruksi.
Tabel 4.3.5: Tanggapan  Responden terhadap Tersedianya kemampuan teknik   
        Konstruksi
No
Item Pertanyaan
Frekuensi Jawaban
Jumlah Skor
Jumlah Responden
Rata-Rata
Keterangan
1
2
3
4
5
1
KPP memiliki jadwal rutin pemeriksaan dan pemeliharaan
13
5
9
3

62
30
2.07
Kurang Baik
2
Anggota KPP ada yang sudah memahami teknis pemeliharaan
1
1
16
12

99
30
3.30
Cukup Baik
3
Anggota KPP ada yang pernah bekerja pada bidang konstruksi
2
4
14
10

92
30
3.07
Cukup Baik
4
Anggota KPP ada yang pernah sekolah Kejuruan bidang Bangunan
4
7
14
5

80
30
2.67
Cukup Baik

Rata - Rata







83.25
30
2.78
Cukup Baik
Sumber: hasil Penelitian 2012
Berdasarkan hasil kuesioner, didapati bahwa nilai rata- rata untuk variable Tersedianya teknis konstruksi adalah sebesar 2.78  Kinerja KPP masuk masuk dalam kategori cukup baik.
Berikut tanggapan Pokja Kecamatan:
Pokja Kecamatan 1:
Hampir semua anggota KPP paham masalah konstruksi pasti setiap KPP sudah memiliki jadwal rutin. 
 Pokja Kecamatan 2:
Setahu saya, sebagian besar pengurus KPP pernah bekerja pada saat pembangunan gedung yang berasal dari provinsi. Paling tidak mereka pernah sekolah di SMA/SMK.
Pokja Kecamatan 3:
Belum ada kegiatan, Mas. Tapi saya yakin mereka sudah ada jadwal rutin.
            Dari data wawancara dan kuesioner didapat bahwa 28 responden menjawab, memahami teknis konstruksi terkait dengan kerja mereka.  Tingkat pemahaman yang tinggi tersebut tidak dibarengi dengan adanya jadwal pemeriksaan dan pemeliharaan yang rutin.
Rekapitulasi Kinerja KPP secara keseluruhan
              Rekapitulasi kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara yang didapat dari penjumlahan kelima indikator hasil kuesioner dibandingkan dengan nilai standar minimal organisasi.  Berdasarkan data yang ada pada tabel 4.3.6 dapat dilihat bahwa kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara berdasarkan lima indikator yang ada adalah sebesar 2.36.  Sedangkan standar minimal organisasi adalah 2.60, ini berarti terdapat kesenjangan atau ketidakcapaian kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara sebesar 2.24.  unsur/variable yang memberikan kontribusi terhadap adanya kesenjangan tersebut adalah pengelolaan kontribusi dari pengguna dan bantuan pihak lain, pengendalian dan pemanfaatan infrastruktur, dan penyediaan perencanaan dan penganggaran pemeliharaan infrastruktur.
  Tabel 4.3.6: Rekapitulasi Kinerja KPP secara keseluruhan
No
Unsur
Nilai Kuesioner
Nilai standar organisasi
Selisih
1
Tersedianya perencanaan kegiatan dan penganggaran pemeliharaan infrastruktur
2.17

2.60
-0.43
2
Terkendalinya pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur
2.04
2.60
-0.56
3
Terkelolanya kontribusi dari pengguna serta bantuan pihak lain
1.95
2.60
-0.65
4
Tersedianya laporan perkembangan fisik secara rutin
2.62
2.60
 0.02
5
Tersedianya kemampuan teknis konstruksi. 
2.78
2.60
 0.18

Rata – rata keseluruhan
2.36
2.60
-0.24
Sumber: hasil Penelitian 2012
Identifikasi Kebutuhan Pelatihan KPP
              Identifikasi kebutuhan pelatihan dapat dilihat dari hasil rekapitulasi kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara secara keseluruhan yang dibandingkan dengan standar minimal organisasi.  Indikator yang memiliki nilai paling kecil adalah prioritas utama materi yang harus diberikan dalam pelatihan.  Berdasarkan tabel 4.3.7 tentang identifikasi kebutuhan pelatihan kelompok pemanfaat dan pemelihara, unsur – unsur yang menjadi prioritas utama dalam pelatihan berdasarkan skor gap yang paling tinggi adalah:
1.      Pengelolaan kontribusi dari pengguna dan bantuan pihak lain
2.      Pengendalian pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur
3.      Penyediaan perencanaan dan penganggaran kegiatan
Dari tabel tersebut juga dapat dilihat, ada dua unsur yang memiliki skor melebihi standar minimal organisasi.  Namun demikian kedua unsur tersebut perlu juga dilakukan penguatan dalam rangka peningkatan kinerja melalui pelatihan. Dengan catatan jika pelatihan terhadap ketiga unsur yang memiliki gap paling tinggi sudah dilakukan. Unsur – unsur tersebut adalah:
1.      Penyediaan kemampuan teknis konstruksi
2.      Penyedian laporan perkemabangan fisik secara rutin
Tabel 4.3.7: Identifikasi Kebutuhan Pelatihan KPP
No
Unsur
Nilai Kuesioner
Nilai standar organisasi
Selisih
1
Tersedianya perencanaan kegiatan dan penganggaran pemeliharaan infrastruktur
2.17

2.60
-0.43
2
Terkendalinya pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur
2.04
2.60
-0.56
3
Terkelolanya kontribusi dari pengguna serta bantuan pihak lain
1.95
2.60
-0.65
4
Tersedianya laporan perkembangan fisik secara rutin
2.62
2.60
0.02
5
Tersedianya kemampuan teknis konstruksi. 
2.78
2.60
0.18

Rata – rata keseluruhan
2.36
2.60
-0.24
Sumber: hasil Penelitian 2012
Berdasarkan hasil dari kuesioner, unsur – unsur / variable yang perlu dilakukan penguatan kapasitas bagi anggota dan pengurus KPP adalah pelatihan yang terkait dengan pembuatan dokumen perencanaan dan penganggaran KPP, pelatihan yang terkait dengan bagaimana mengendalikan pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur, pelatihan yang terkait dengan bagaimana mengelola keuangan serta menghimpun dana untuk kegiatan KPP serta pelatihan bagaimana membuat administrasi laporan perkembangan fisik secara rutin.
Hasil wawancara dengan Fasilitator Kecamatan:
Fasilitator Kecamatan 1:
Selama ini KPP belum mendapatkan pelatihan yang optimal sesuai dengan tupoksi KPP itu sendiri. Pelatihan yang ada masih bersifat umum.  Seharusnya Pokja kecamatan mengusulkan pelatihan KPP ke tim secretariat kabupaten.  Pelatihan yang pernah dilakukan masih minim sekali dan hanya diikuti oleh ketua.
Fasilitator Kecamatan 2:
Belum pernah dilakukan pelatihan KPP, tetapi pada saat kita melakukan pendampingan, kita sering mengajarkan bagaimana sebuah KPP yang ideal. Saya rasa pihak provinsi atau kabupaten perlu mengadakan pelatihan KPP tentang bagaimana cara mengelola sebuah organisasi sekaligus melakukan penguatan kapasitas atau studi banding di program lain.
Fasilitator Kecamatan 3:
Kalau pelatihan khusus tentang KPP, belum pernah ada.  Tetapi rata – rata anggota dan pengurus KPP sudah familiar dengan tupoksi mereka , karena sebelumnya sudah ada program yang mirip didesa tersebut. KPP perlu juga ikut pelatihan manajemen organisasi.
Berdasarkan hasil kuesioner yang sudah diisi oleh responden serta hasil wawancara dengan Fasilitator Kecamatan, selama ini belum ada pelatihan khusus tentang KPP, sehingga terjadi gap atau ketidakcapaian kinerja KPP.  Untuk mengatasi gap atau ketidakcapaian kinerja tersebut perlu dilakukan pelatihan KPP tentang:
1.      Anggota atau pengurus KPP membutuhkan pelatihan yang terkait dengan pembuat dokumen perencanaan dan dokumen penganggaran kegiatan
2.      Anggota atau pengurus KPP membutuhkan pelatihan yang terkait dengan bagaimana membuat aturan dalam sebuah kelompok.
3.      Anggota atau pengurus KPP membutuhkan pelatihan yang terkait dengan bagaimana pengelolaan dana dan cara menghimpun dana dari sumber lain serta membuat peluang usaha bersama.
4.      Anggota atau pengurus KPP membutuhkan pelatihan yang terkait dengan bagaimana pengelolaan dana dan cara menghimpun dana dari sumber lain serta membuat peluang usaha bersama.
5.      Pengurus KPP membutuhkan pelatihan yang terkait dengan proses administrasi sebuah organisasi serta bagaimana proses pencatatan pembukuan organisasi tersebut.
4.4  Pembahasan
Pada bagian pembahasan ini akan diuraikan tentang gambaran kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara, kesenjangan/ketidakcakapan/ketidakcapaian kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara serta identifikasi kebutuhan pelatihan yang dibutuhkan oleh kelompok pemanfaat dan pemelihara.
Gambaran Kinerja kelompok Pemanfaat dan Pemelihara
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan tentang gambaran kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara berdasarkan lima unsur/variable yang diteliti yaitu: 1) Penyediaan perencanaan dan penganggaran kegiatan pemeliharaan infrastruktur, 2) Pengendalian pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur, 3) Pengelolaan kontribusi dari pengguna serta bantuan pihak lain, 4) Penyediaan laporan perkembangan fisik secara rutin, dan 5) Penyediaan kemampuan teknis konstruksi adalah secara umum kinerja  kelompok pemanfaat dan pemelihara PNPM - PISEW  Provinsi Bengkulu berada dalam kriteria Kurang Baik, yaitu pada nilai rata – rata 2.36.  Sementara untuk mencapai sebuah kinerja yang cukup, sesuai dengan standar minimal organisasi, kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara paling tidak harus mencapai nilai rata–rata 2.60. Artinya ada kesenjangan/ ketidakcakapan/ketidakcapaian kinerja sebesar 0.24.
Kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara dilihat dari unsur tersedianya perencanaan kegiatan dan penganggaran pemeliharaan infrastruktur masuk dalam kategori kurang baik.  Untuk item perencanaan dan penganggaran pemeliharaan yang sudah dituangkan dalam dalam form isian yang ditandatangai oleh kepala desa dan ketua KPP sangat kecil sekali.
Kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara dilihat dari unsur/variable terkendalinya pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur masuk dalam kategori kurang baik.  Untuk item evaluasi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan, masih sangat rendah sekali.
Kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara dari unsur/variable terkelolanya kontribusi dari pengguna serta bantuan pihak lain dalam kategori kurang baik.  Dalam unsur/variable ini kontribusi dana operasional KPP baru semata – mata bersumber dari iuran anggota KPP.  Namun demikian secara umum, sumber dana lain, baik yang berasal dari bantuan pemerintah desa, bantuan pihak lain yang tidak mengikat serta dari usaha lain pengurus yang sah relatif kecil.
Kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara dilihat dari unsur/variable Tersedianya laporan perkembangan fisik secara rutin dalam kategori kurang baik.  Namun demikian untuk item KPP memiliki daftar pengurus dan anggota masuk dalam kategori baik termasuk dalam berita acara pembentukan KPP.
Kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara dilihat dari unsur/variable Tersedianya teknis konstruksi masuk dalam kategori cukup baik.  Untuk item pemahaman teknis pemeliharaan, hampir semua responden memahamai teknis pemeliharaan. 
Kesenjangan/Ketidakcakapan/Ketidakcapaian Kinerja Kelompok
         Pemanfaat dan Pemelihara
Kesenjangan/ketidakcakapan/ketidakcapaian kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara Berdasarkan hasil penelitian berdasarkan unsur – unsur yang telah ditetapkan organisasi adalah tentang: 1) penyediaan perencanaan dan penganggaran kegiatan pemeliharaan infrastruktur, 2) pengendalian pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur, 3) pengelolaan kontribusi dari pengguna serta bantuan pihak lain. Ketiga unsur tersebut memiliki skor dibawah standar minimal organisasi.  Sedangkan dua unsur lainnya, yaitu penyediaan laporan perkembangan fisik secara rutin, dan penyediaan kemampuan teknis konstruksi memiliki skor melebihi standar minimal organisasi.
Identifikasi Kebutuhan Pelatihan yang dibutuhkan
Unsur – unsur yang memiliki skor dibawah standar minimal organisasi, berdasarkan skor gap tertinggi yaitu:  1) Pengelolaan kontribusi dari pengguna serta bantuan pihak lain, 2) Pengendalian pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur, 3) Penyediaan perencanaan dan penganggaran kegiatan pemeliharaan infrastruktur, dalam rangka meningkatkan kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah perlu dilakukan pelatihan. 
Pelatihan – pelatihan yang dibutuhkan tersebut adalah pelatihan tentang bagaimana cara mengelola kontribusi yang didapat oleh kelompok pemanfaat dan pemelihara, pelatihan tentang bagaimana cara mengendalikan pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur, pelatihan tentang bagaimana cara merencanakan dan menganggarkan sebuah kegiatan tentang pemeliharaan infrastruktur. 
Implikasi Strategis
              Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa unsur atau variable kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara yang masih berada di bawah rata – rata.  Dari 5 unsur atau variable yang diteliti, yang berada dibawah rata – rata adalah  tersedianya perencanaan kegiatan dan penganggaran pemeliharaan infrastruktur,  terkendalinya pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur, terkelolanya kontribusi dari pengguna serta bantuan pihak lain, dan tersedianya laporan perkembangan fisik secara rutin.  Sedangkan untuk unsur atau variable tersedianya kemampuan teknis konstruksi melebihi nilai standar minimal organisasi..
Hasil penelitian tentang analisis kinerja dan identifikasi kebutuhan pelatihan kelompok pemanfaat dan pemelihara pada program PNPM – PISEW  adalah:
a.       Secara umum kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara pada program PNPM – PISEW masuk dalam kategori kurang baik, sehingga perlu dilakukan upaya agar kinerja tersebut dapat ditingkatkan.
b.      Memberikan informasi tentang aspek – aspek apa saja yang perlu diperbaiki dan ditingkat bagi kelompok pemanfaat dan pemelihara di program PNPM – PISEW
c.       Salah satu cara untuk meningkatkan kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara pada program PNPM – PISEW adalah dengan meningkatkan kompetensi kelompok pemanfaat dan pemelihara melalui pelatihan – pelatihan, terutama yang berkaitan dengan unsur – unsur yang sudah ditetapkan organisasi.
Implikasi strategis yang dapat dilakukan berkaitan dengan hasil penelitian tentang analisis kinerja dan identifikasi kebutuhan pelatihan kelompok pemanfaat dan pemelihara pada program PNPM – PISEW melakukan penguatan kapasitas kelompok pemanfaat dan pemelihara pada kelima unsure yang sudah menjadi standar organisasi.
Peningkatan kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara untuk unsur tersedianya perencanaan kegiatan dan penganggaran pemeliharaan infrastruktur, perlu dilakukan penguatan terhadap pengisian form perencanaan dan penganggaran pemeliharaan yang ditandatangai oleh kepala desa dan ketua KPP.
Peningkatan kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara untuk unsur/variable terkendalinya pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur, perlu dilakukan penguatan untuk item evaluasi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
Peningkatan kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara untuk unsur/variable terkelolanya kontribusi dari pengguna serta bantuan pihak lain, perlu dipikirkan tentang sumber pendanaan untuk operasional KPP, yang selama ini baru semata – mata bersumber dari iuran anggota KPP.
Peningkatan kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara untuk unsur/variable Tersedianya laporan perkembangan fisik secara rutin, perlu dilakukan penguatan, terutama untuk administrasi pembukuan KPP yang terdiri dari buku catatan keuangan, buku notulen dan buku catatan rencana dan realisasi.
Peningkatan kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara untuk unsur/variable Tersedianya teknis konstruksi masuk dalam kategori cukup baik.  Namun demikian masih diperlukan upaya peningkatan kapasitas terkait dengan pengetahuan konstruksi dan teknis pemeliharaan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.      Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan tentang gambaran kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara berdasarkan lima unsur/variable yang diteliti yaitu: 1) Penyediaan perencanaan dan penganggaran kegiatan pemeliharaan infrastruktur, 2) Pengendalian pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur, 3) Pengelolaan kontribusi dari pengguna serta bantuan pihak lain, 4) Penyediaan laporan perkembangan fisik secara rutin, dan 5) Penyediaan kemampuan teknis konstruksi adalah secara umum kinerja  kelompok pemanfaat dan pemelihara berada dalam kriteria Kurang Baik, yaitu pada nilai rata – rata 2.36.  Sementara standar minimal organisasi adalah 2.60.
2.      Kesenjangan/ketidakcakapan/ketidakcapaian kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara Berdasarkan hasil penelitian berdasarkan unsur – unsur yang telah ditetapkan organisasi adalah tentang: 1) penyediaan perencanaan dan penganggaran kegiatan pemeliharaan infrastruktur, 2) pengendalian pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur, 3) pengelolaan kontribusi dari pengguna serta bantuan pihak lain. Ketiga unsur tersebut memiliki skor dibawah standar minimal organisasi. 
3.      Unsur – unsur yang memiliki skor dibawah standar minimal organisasi, berdasarkan skor gap tertinggi yaitu:  1) Pengelolaan kontribusi dari pengguna serta bantuan pihak lain, 2) Pengendalian pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur, 3) Penyediaan perencanaan dan penganggaran kegiatan pemeliharaan infrastruktur, dalam rangka meningkatkan kinerja kelompok pemanfaat dan pemelihara, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah perlu dilakukan pelatihan.  Pelatihan – pelatihan yang dibutuhkan tersebut adalah pelatihan tentang bagaimana cara mengelola kontribusi yang didapat oleh kelompok pemanfaat dan pemelihara, pelatihan tentang bagaimana cara mengendalikan pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur, pelatihan tentang bagaimana cara merencanakan dan menganggarkan sebuah kegiatan tentang pemeliharaan infrastruktur.  Sedangkan untuk unsur – unsur yang memiliki skor melebihi standar minimal organisasi yaitu: 1) Penyediaan kemampuan teknis konstruksi, 2) Penyediaan laporan perkembangan fisik secara rutin juga dapat dilakukan penguatan kapasitas, jika terlebih dahulu ketiga unsur yang memiliki skor kurang dari standar organisasi sudah dilakukan pelatihan.
Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis berupaya memberikan saran sebagai berikut:
1.      Pada unsur penyediaan perencanaan dan penganggaran kegiatan, item yang perlu diprioritaskan adalah tentang bagaimana  jadwal pemeliharaan yang sudah disepakati dapat dituangkan kedalam form isian yang ditandatangani oleh kepala desa dan ketua KPP.
2.      Pada unsur pengendalian pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur, setiap kegiatan pemeliharaan yang sudah dilakukan, perlu dilakukan evaluasi bagaimana realisasi pelaksanaannya.
3.      Pada unsur pengelolaan kontribusi dari pengguna dengan baik, sumber pendanaan masih berasal dari iuran anggota dan belum ada bantuan dari pemerintah desa.  Diharapkan pemerintah kabupaten agar menganggarkan pendanaan untuk kegiatan KPP.
4.      Pada unsur penyediaan laporan perkembangan secara rutin, secara umum sudah cukup, namun terkait dengan administrasi pembukuan masih cukup rendah, sehingga perlu dilakukan penguatan tentang administrasi KPP terutama yang berkaitan dengan pencatatan kegiatan rapat/buku notulen, buku catatan rencana dan realisasi, serta buku catatan keuangan.
5.      Selain dalam bentuk pelatihan, pihak tim sekretariat kabupaten terutama SKPD Bappeda dan PU bidang Cipta Karya perlu menyiapkan reward.
DAFTAR PUSTAKA
Aisworth, Smith dan Millership (2007: 73) Diakses dari situs Bangkit R pada
tanggal 12 Oktober jam 20.21
As’ad, Moh, 1997, Psikologi Industri, Liberty, Yogyakarta
Dessler,  Gary, 2010, (terjemahan Paramita Rahayu), Manajemen Sumberdaya
Manusia, Indeks, Jakarta
Gray, Edmund R and Smeltzer, Larry R, 1990, Management : The Competitive,
edge, Mc Millan, Singapore
Handoko T. Hani, 1996, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta: BPFE
Husnan, Suad, 1996, Manajemen Keuangan: Alat – Alat Pengendali Keuangan,
Lierty, Yogyakarta
Hutapea dan Thoha (2008: 4) Diakses dari situs Bangkit R pada tanggal 14 Oktober
jam 20.21
Mangkunegara, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Remaja Rosdakarya,
Bandung
Manulang, M, 1997, Manajemen Personalia, Ghalia Indonesia, jakarta
Notoadmodjo, Soekijo, 1998, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi,
PT Rieneka Cipta, Jakarta
Russel, Joyce E.A. and H. Jhon Bernardin, 1998, Human Resources Management:
an Experiental Approach, (2nd Ed), McGraw Hill, New York
Siagian, Sondang P, 1994. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,
Rineka Cipta, Jakarta.
Simamora, Hendri, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi 3, STIE YKPN.
Tim Koordinasi PNPM – PISEW Pusat, 2011, Panduan Teknis PNPM – PISEW,
Jakarta
Tjiptono, Fandi, 1996, Manajemen Pemasaran, Elekmedia Komputindo, Jakarta.
Umar, Husein, 2010, Desain Penelitian Manajemen Startegik, Rajawali Press
Watson Wyatt dalam Ruky (2003: 106) Diakses dari situs Bangkit R pada tanggal 15
Oktober jam 10.26