Manajemen ta(h)un (
) waw
Oleh: Indra Utama, SE, MM* (Dosen Universitas Dehasen)
Bagi generasi yang lahir dibawah tahun 90_an, kata waw
sangat dikenal sekali. Ia adalah salah satu huruf yang dipelajari ketika seseorang
mau belajar membaca Al Qur’an. Waw (
), adalah salah satu huruf dalam
huruf hijaiyah. Posisi waw terletak nomor lima paling akhir sebelum huruf ya (
). Kalau dari sisi waktu
berarti, sudah termasuk lama atau sudah tua, atau sudah kuno. Sesuatu yang sudah lama atau sudah kuno
terkadang susah sekali beradaptasi dengan kondisi sekarang. Sebuah makanan basah, jika sudah lama, akan
tumbuh jamur. Orang menyebutnya jamuran....
tidak layak lagi dimakan.
Namun demikian, ada juga sesuatu yang sudah lama/kuno
memiliki nilai jual yang sangat tinggi sekali. Tentunya ini adalah pengecualian
terhadap topik yang akan kita diskusikan.
Kemudian, kata manajemen, kata ini, sekarang sudah sangat umum sekali. Bukan
hanya diucapkan oleh kalangan berpendidikan tetapi juga masyarakat umum dan sangat familiar.
Berbicara masalah manajemen berarti kita membicarakan
sesuatu berkaitan dengan proses sebuah kegiatan, program atau sebuah
organisasi, baik skala besar maupun skala kecil.
Teori-teori tentang manajemen sendiri, sangat banyak
sekali. Paling tidak secara sederhana, sebuah manajemen memiliki empat fungsi.
Empat fungsi tersebut sering dikenal dengan istilah POAC (planning, organizing,
actuating, controling). Kalau kita coba istilahkan dalam bahasa sehari-hari
adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sesuai dengan
urutan-urutannya/prosedur/sop dan pengawasan.
Teori yang hampir mirip dengan diatas, manajemen memiliki
lima fungsi, yaitu: POSCC (planning, organizing, staffing, coordinating,
controlling), kalau kita coba istilahkan dalam bahasa sehari-hari adalah
perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengkordinasian dan pengawasan.
Penempatan dan pengkordinasian hampir sama dengan pelaksanaan sesuai dengan urutan-urutan/prosedur/sop.
Istilah manajemen sering kali disebut secara singkat
menej (manage) yang diartikan mengelola, mengatur, mengurus.
Imam Ali, ra, pernah mengatakan, kebaikan yang tidak dimenej
dengan baik, akan dapat dikalahkan dengan ketidakbaikan/kebatilan yang dimenej
dengan baik.
Artinya, bentuk manajemen itu ada dua, manajemen baik dan
manajemen tidak baik, manajemen bagus dan manajemen tidak bagus. Dua pengertian
tersebut memiliki konskwensi yang berbeda. Selain bentuk yang dua tersebut, ada satu
istilah satu lagi yang sebenarnya artinya hampir mirip. Yaitu manajemen taun waw (manajemen tahun
dulu sekali/manajemen lamo).
Manajemen taun
waw berarti sebuah proses pengelolaan program, kegiatan atau
organisasi dengan menggunakan cara-cara lama atau kuno. Jika ini dilakukan
dizaman sekarang, maka alamat akan tidak baik. Terkadang cara-cara lama ini
identik dengan sikap otoriter, tidak
mau mengalah dan menerima masukan dari orang lain. Yang benar hanyalah dari pihak dia. Yang salah hanya dari pihak orang lain.
Kalau ini kita kaitan dengan sorga,
seolah-olah sorga itu hanya untuk dia, atau seolah-olah organisasi itu yang
cocok mengelolanya hanya ia dan kelompoknya.
Masih mending jika waktu ngelola, memiliki prestasi.
Oknum yang melakukan ini, terlena dengan nostalgia, kisah-kisah
manis zaman dulu, padahal sekarang zamannya sudah berbeda, bro...
Person yang masuk kategori manajemen taun waw biasanya, tidak bisa beradaptasi dengan
kemajuan, ada juga yang gaptek,
mudah sekali tersinggung dan mutung. Cemburu/iri kepada yang muda. Tidak mampu berkomunikasi baik dengan pihak lain karena merasa paling benar.
Jadi jika masih ada yang menggunakan manajemen waw,
berarti orang tersebut sebenarnya tidak
layak lagi karena sudah jamuran/rusak
bagiannya...
Kegiatan apa saja yang pengerjaannya dilakukan dengan
manajemen taun waw, maka alamat tidak maksimal hasilnya.
Sebagus apapun sebuah organisasi, jika leadernya memimpin
pakai manajemen taun waw, maka tunggu saja, kemunduran bahkan kehancuran atau
kebangkrutan organisasi tersebut. Bagaimana contoh dari manajemen taun waw
tersebut. Contohnya antara lain:
1.
Selalu iri dengan keberhasilan teman
se_tim. Sehingga terkadang keberhasilan
tersebut dinilai secara tidak benar. Kalau ini dilakukan, berarti orang yang
iri tersebut, merupakan orang yang tidak memiliki kemampuan. Apalagi
kompetensi. Karena pengertian kompetensi
sangat luas sekali. Seseorang dikatakan memiliki kompetensi jika ia memiliki
SKA (skill, knowledge, attitude-keterampilan, pengetahuan, etika/akhlak). Contoh mudahnya adalah dibidang akademik.
-
Ketika si A melanjutkan pendidikan ke
jenjang S2, sementara si B tidak, maka apapun prestasi si A, akan tidak berarti
dihadapan si B, bawaannya curiga, men........
-
Ketika sang Junior memiliki keberhasilan
dalam bidang tertentu dibanding sang Senior
-
Ketika seseorang terlalu lama di zona
nyaman, kemudian harus menyerahkan zona nyaman tersebut karena pergantian
rezim/leader. Maka apapun keberhasilan yang diraih oleh sang pengganti, akan
selalu rendah bagi si taun waw ini.
Kondisi seperti ini juga, ada yang menyebutnya, karena berkaitan dengan asap dapur. Ah, kalau sekedar asap dapur, mah..... bakar
kayu aja, ntar ada asapnya....
2.
Figuritaskan berlebihan terhadap
pemimpin. Jika sang figur diganti, seolah-olah penggantinya merebut hak sang
figur.......enak aje....emang situ yang buat....
3.
Tidak berjalannya kaderisasi/alih
kepemimpinan. Jika ada sebuah organisasi, ketuanya dari sejak zaman baheula
sampai sekarang tidak berganti. Bahkan bisa jadi sang pemimpin tersebut sudah
kakek atau nenek masih juga berkuasa, maka setiap pernyataan yang dikeluarkan
sudah tidak benar lagi.
Atau ada juga seseorang yang menduduki
posisi tertentu yang tidak ganti-ganti. Misalnya, sejak zaman berdiri lembaga
tersebut sampai zaman dunia maya, posisi bendahara masih tetap dia. Enak_an
jika ada transparansi dalam pelaporan. Bahkan terkesan tertutup, otoriter dan
mudah marah..... aduh, bro......... ini bisa gawat, jika suatu waktu posisi
tersebut diganti, bisa struck atau bahkan dua truck...
batasan jabatan dalam posisi tertentu,
sebaiknya tidak lebih dari dua periode, bahkan cukup satu periode, jika satu
periode tersebut lebih dari tiga tahun. Jika kita bertanya dengan kapeka, seseorang yang menduduki
jabatan tertentu dalam waktu yang lama, mempunyai potensi untuk melakukan
korupsi....... nach...nach.....benar nggak nich.......
4.
Mintai dihargai tetapi minim prestasi.
Ketika diberikan sebuah pekerjaan, nggak sukses, bro......malah cari kambing
hitam.....emang mau kurban.....
Taun waw seperti
ini, komunikasinya payah....kalau diskusi sering mendikte....apalagi kalau
merasa itu bidangnya dia....bueh....... padahal belum tentu juga benar dan
pas.... biasanya yang seperti ini, ia gagal di dalam lingkungan keluarga
terdekat. Walaupun dari sisi materi mungkin memiliki segalanya..... apalagi
kalau materinya ya, masih kayak kite, pas-pasan.......... lebih parah
lagi....... tipe-tipe sepeti ini kalau diskusi sering dominan...
Sampai sini dulu, pak Pemred, ntar disambung,
ya....
Bengkulu, 28 Juli 2017
Indra Utama, SE, MM