Sabtu, 29 Juli 2017

Manajemen ta(h)un ( ) waw



Manajemen ta(h)un ( ) waw
Oleh: Indra Utama, SE, MM* (Dosen Universitas Dehasen)
Bagi generasi yang lahir dibawah tahun 90_an, kata waw sangat dikenal sekali. Ia adalah salah satu huruf yang dipelajari ketika seseorang mau belajar membaca Al Qur’an. Waw (), adalah salah satu huruf dalam huruf hijaiyah. Posisi waw terletak nomor lima paling akhir sebelum huruf ya ( ). Kalau dari sisi waktu berarti, sudah termasuk lama atau sudah tua, atau sudah kuno.  Sesuatu yang sudah lama atau sudah kuno terkadang susah sekali beradaptasi dengan kondisi sekarang.  Sebuah makanan basah, jika sudah lama, akan tumbuh jamur. Orang menyebutnya jamuran.... tidak layak lagi dimakan.
Namun demikian, ada juga sesuatu yang sudah lama/kuno memiliki nilai jual yang sangat tinggi sekali. Tentunya ini adalah pengecualian terhadap topik yang akan kita diskusikan.
Kemudian, kata manajemen, kata  ini, sekarang sudah sangat umum sekali. Bukan hanya diucapkan oleh kalangan berpendidikan tetapi juga masyarakat umum dan  sangat familiar.
Berbicara masalah manajemen berarti kita membicarakan sesuatu berkaitan dengan proses sebuah kegiatan, program atau sebuah organisasi, baik skala besar maupun skala kecil.
Teori-teori tentang manajemen sendiri, sangat banyak sekali. Paling tidak secara sederhana, sebuah manajemen memiliki empat fungsi. Empat fungsi tersebut sering dikenal dengan istilah POAC (planning, organizing, actuating, controling). Kalau kita coba istilahkan dalam bahasa sehari-hari adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sesuai dengan urutan-urutannya/prosedur/sop dan pengawasan.
Teori yang hampir mirip dengan diatas, manajemen memiliki lima fungsi, yaitu: POSCC (planning, organizing, staffing, coordinating, controlling), kalau kita coba istilahkan dalam bahasa sehari-hari adalah perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengkordinasian dan pengawasan. Penempatan dan pengkordinasian hampir sama dengan pelaksanaan sesuai dengan urutan-urutan/prosedur/sop.
Istilah manajemen sering kali disebut secara singkat menej (manage) yang diartikan mengelola, mengatur, mengurus.
Imam Ali, ra,  pernah mengatakan, kebaikan yang tidak dimenej dengan baik, akan dapat dikalahkan dengan ketidakbaikan/kebatilan yang dimenej dengan baik.
Artinya, bentuk manajemen itu ada dua, manajemen baik dan manajemen tidak baik, manajemen bagus dan manajemen tidak bagus. Dua pengertian tersebut memiliki konskwensi yang berbeda.  Selain bentuk yang dua tersebut, ada satu istilah satu lagi yang sebenarnya artinya hampir mirip. Yaitu manajemen taun waw (manajemen tahun dulu sekali/manajemen lamo).
Manajemen taun waw berarti sebuah proses pengelolaan program, kegiatan atau organisasi dengan menggunakan cara-cara lama atau kuno. Jika ini dilakukan dizaman sekarang, maka alamat akan tidak baik. Terkadang cara-cara lama ini identik dengan sikap otoriter, tidak mau mengalah dan menerima masukan dari orang lain. Yang benar hanyalah dari pihak dia. Yang salah hanya dari pihak orang lain. Kalau ini kita kaitan dengan sorga, seolah-olah sorga itu hanya untuk dia, atau seolah-olah organisasi itu yang cocok mengelolanya hanya ia dan kelompoknya.  Masih mending jika waktu ngelola, memiliki prestasi.
Oknum yang melakukan ini, terlena dengan nostalgia, kisah-kisah manis zaman dulu, padahal sekarang zamannya sudah berbeda, bro...
Person yang masuk kategori manajemen taun waw biasanya, tidak bisa beradaptasi dengan kemajuan, ada juga yang gaptek, mudah sekali tersinggung dan mutung. Cemburu/iri kepada yang muda. Tidak mampu berkomunikasi baik dengan pihak lain karena merasa paling benar.
Jadi jika masih ada yang menggunakan manajemen waw, berarti orang tersebut sebenarnya tidak layak lagi karena sudah jamuran/rusak bagiannya...
Kegiatan apa saja yang pengerjaannya dilakukan dengan manajemen taun waw, maka alamat tidak maksimal hasilnya.
Sebagus apapun sebuah organisasi, jika leadernya memimpin pakai manajemen taun waw, maka tunggu saja, kemunduran bahkan kehancuran atau kebangkrutan organisasi tersebut. Bagaimana contoh dari manajemen taun waw tersebut. Contohnya antara lain:
1.      Selalu iri dengan keberhasilan teman se_tim.  Sehingga terkadang keberhasilan tersebut dinilai secara tidak benar. Kalau ini dilakukan, berarti orang yang iri tersebut, merupakan orang yang tidak memiliki kemampuan. Apalagi kompetensi.  Karena pengertian kompetensi sangat luas sekali. Seseorang dikatakan memiliki kompetensi jika ia memiliki SKA (skill, knowledge, attitude-keterampilan, pengetahuan, etika/akhlak).  Contoh mudahnya adalah dibidang akademik.
-          Ketika si A melanjutkan pendidikan ke jenjang S2, sementara si B tidak, maka apapun prestasi si A, akan tidak berarti dihadapan si B, bawaannya curiga, men........
-          Ketika sang Junior memiliki keberhasilan dalam bidang tertentu dibanding sang Senior
-          Ketika seseorang terlalu lama di zona nyaman, kemudian harus menyerahkan zona nyaman tersebut karena pergantian rezim/leader. Maka apapun keberhasilan yang diraih oleh sang pengganti, akan selalu rendah bagi si taun waw ini. Kondisi seperti ini juga, ada yang menyebutnya, karena berkaitan dengan asap dapur.  Ah, kalau sekedar asap dapur, mah..... bakar kayu aja, ntar ada asapnya....
2.      Figuritaskan berlebihan terhadap pemimpin. Jika sang figur diganti, seolah-olah penggantinya merebut hak sang figur.......enak aje....emang situ yang buat....
3.      Tidak berjalannya kaderisasi/alih kepemimpinan. Jika ada sebuah organisasi, ketuanya dari sejak zaman baheula sampai sekarang tidak berganti. Bahkan bisa jadi sang pemimpin tersebut sudah kakek atau nenek masih juga berkuasa, maka setiap pernyataan yang dikeluarkan sudah tidak benar lagi. 
Atau ada juga seseorang yang menduduki posisi tertentu yang tidak ganti-ganti. Misalnya, sejak zaman berdiri lembaga tersebut sampai zaman dunia maya, posisi bendahara masih tetap dia. Enak_an jika ada transparansi dalam pelaporan. Bahkan terkesan tertutup, otoriter dan mudah marah..... aduh, bro......... ini bisa gawat, jika suatu waktu posisi tersebut diganti, bisa struck atau bahkan dua truck...
batasan jabatan dalam posisi tertentu, sebaiknya tidak lebih dari dua periode, bahkan cukup satu periode, jika satu periode tersebut lebih dari tiga tahun. Jika kita bertanya dengan kapeka, seseorang yang menduduki jabatan tertentu dalam waktu yang lama, mempunyai potensi untuk melakukan korupsi....... nach...nach.....benar nggak nich.......
4.      Mintai dihargai tetapi minim prestasi. Ketika diberikan sebuah pekerjaan, nggak sukses, bro......malah cari kambing hitam.....emang mau kurban.....
Taun waw seperti ini, komunikasinya payah....kalau diskusi sering mendikte....apalagi kalau merasa itu bidangnya dia....bueh....... padahal belum tentu juga benar dan pas.... biasanya yang seperti ini, ia gagal di dalam lingkungan keluarga terdekat. Walaupun dari sisi materi mungkin memiliki segalanya..... apalagi kalau materinya ya, masih kayak kite, pas-pasan.......... lebih parah lagi....... tipe-tipe sepeti ini kalau diskusi sering dominan...
   Sampai sini dulu, pak Pemred, ntar disambung, ya....
Bengkulu, 28 Juli 2017


Indra Utama, SE, MM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar