Kamis, 19 Juni 2014

aspek ekonomi dalam ibadah


Hari ini Untung 700 Rb

30 April 2011 pukul 15:15
Sudah lama kepingin menulis tentang sesuatu yang sederhana ini. Sederhana namun bagi saya ada sesuatu yang luar biasa didalamnya. Mungkin rekan-rekan pernah mengalaminya kemudian intropeksi diri, dan berkesimpulan yang sama.
Sebelum bercerita tentang yang sedehana tersebut, ada baiknya kita mengingat kembali pelajaran yang pernah kita terima pada waktu sekolah atau pada saat mendengar kajian-kajian oleh ustad atau guru. Manusia diciptakan kedunia ini semata-mata untuk beribadah kepada –Nya Sang Maha Tinggi. Pemahaman sederhana kita, ibadah adalah sebatas ibadah ritual semata yaitu, sholat, zakat, puasa, naik haji. Kalau hanya aspek tersebut saja, maka ibadah yang dilakukan manusia kepada Sang Maha Tinggi amat sangat sedikit sekali.

Dari aspek sholat saja: sholat wajib 5 waktu. Jika maksimal dikerjakan 10 menit, berarti sehari semalam kita baru beribadah 50 menit (tidak sampai satu jam). Kemudian tambahkan dengan sholat sunnah Qobla dan Ba’da serta sholat Tahajud 70 menit. Berarti ibadah sholat 120 menit (2 jam).

Bandingkan dengan Kebiasaan tidur yang sehat katanya adalah 8 jam dalam sehari semalam.
Aktivitas lain berarti 24 jam – 2 jam - 8 jam = 14 jam

Sekiranya usia kita sekarang 40 tahun, berarti:

Tidur yang kita lakukan sepanjang umur 40 tahun : 8/24 X 40 tahun = 13,33 tahun=33%
Ibadah Sholat sepanjang umur 40 tahun : 2/24 X 40 tahun = 3,33 tahun=8%
Aktivitas lain sepanjang umur 40 tahun :14/24 X 40 tahun = 23,33 tahun = 59%

Ibadah-ibadah lain yang mungkin kita lakukan adalah : zakat, infaq, sedeqah dll. Ibadah inipun, kalau kita bandingkan dengan besarnya nikmat yang diberikan kepada kita, sungguh amat sangat sedikit sekali. Semua harta yang kita miliki tidak sebanding dengan nikmat yang kita terima. Seseorang mungkin saja memiliki kekayaan tapi ternyata ia tidak menggunakan kekayaannya sebagaimana mestinya atau cara mendapatkan kekayaan tersebut bukan didapat dari cara yang benar, termasuk kekayaan yang didapat dari perjuangan / kontribusi pihak lain. Boleh jadi ia orang yang berilmu, tetapi ia menggunakan ilmunya secara sombong, seolah-olah semua kebenaran miliknya. Bagaimana dengan orang yang tidak kaya dan tidak berilmu ?

tentunya akan sangat jauh sekali dari target penciptaan Sang Maha Tinggi untuk kita bahwa kita diciptakan untuk beribadah???

Kecendrungan manusia adalah akan melakukan sesuatu jika ada sesuatu yang ia dapat.

Untuk aspek pembelajaran, niat ini sah-sah saja. Akan tetapi untuk aspek beribadah kepada Sang Maha tinggi, kita haruslah selalu memperbaharui niat.

Pada hari jum’at pada saat waktu sholat jum’at masih banyak orang-orang yang mengaku muslim tidak melaksanakan sholat jumat??? jumlah orang yang sholat jumat tidak sebanyak jumlah orang islam yang tidak sholat yang ada dipasar, terminal dan tempat-tempat umum lainnya.

Sekiranya seorang muslim tahu, bahwa Sang Maha Tinggi akan memerintahkan sesuatu tentunya memiliki keuntungan/dampak positif bagi yang mengerjakannya. Dari beberapa penelitian tentang sholat , wudhu dan Puasa ternyata memiliki dampak yang positif terhadap Kesehatan bagi yang melakukannya.

Hari jum’at yang lalu, tepatnya jam 07.30 di salah satu simpang, kendaraan yang saya tumpangi bersama Sang Fajar Umar Abdul Aziz, di tabrak motor dari belakang yang dikendarai seorang pelajar. Akibatnya bemper belakang lecet. Pengendara motor terjatuh dengan kaki terkilir dan memar serta bagian depan motor pecah. Jika dinilai dengan uang, maka untuk mengecat bemper dengan fasilitas asuransi butuh uang Rp 200.000. uang yang dibutuhkan untuk mengganti bagian depan motor yang pecah butuh uang sekitar Rp 300.000. uang yang dibutuhkan untuk mengobati memar dan kaki terkilir butuh sekitar Rp 100.000. satu jam kemudian kendaraan kembali menyenggol tembok. Akibatnya bemper bagian depan lecet. Untuk mengecat bemper tersebut dengan fasilitas asuransi butuh dana Rp 200.000. Total uang yang dibutuhkan untuk menormalkan kejadian pada hari tersebut adalah sebesar Rp 700.000.

Kejadian kecil tapi cukup berdampak besar. Sebagai seorang yang memiliki keyakinan, tentunya, semua kejadian yang kita alami tidak terlepas dari skenario Sang Maha Tinggi. Boleh jadi pada saat tersebut kita menganggap bahwa semua kejadian tersebut akibat kelalaian kita. Boleh jadi anggapan tersebut benar. Kelalaian yang mengakibatkan kerugian materi. Namun sebenarnya dibalik kerugian tersebut ada pelajaran besar yang bisa kita dapatkan. Saya mencoba mengingat kembali aktivitas yang dilakukan mulai maghrib sampai menjelang kejadian. Ternyata saya baru sadar, bahwa pada pagi harinya seperti biasa setelah sholat subuh, saya tidak melakukan kebiasaan Tilawah Qur’an.

Allahu Akbar...... Allahu Akbar...... Allahu Akbar......!

Saudara – saudara ku, yakinlah bahwa semua perintah dari Sang Maha Tinggi pada hakekatnya memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi kita. Nilai ekonomi tersebut boleh jadi kita dapatkan secara langsung atau tidak langsung baik (dalam bentuk uang) atau dalam bentuk kebaikan – kebaikan lain yang kita dapatkan yang sebelumnya tidak pernah terlintas dalam pikiran kita. Atau boleh jadi ibadah tersebut menghindarkan kita dari kerugian senilai Rp 700.000 seperti kejadian diatas.

Kalaulah kita lupa melakukan Ibadah yang sudah rutin kita lakukan atau ibadah-ibadah lain yang memang sudah menjadi kewajiban kita, kemudian berdampak kerugian secara materi (Jika kita melakukan intropeksi). Bagaimana dengan Kemaksiatan yang kita lakukan........?

• Bagaimana dengan kemaksiatan yang kita lakukan terhadap orang tua kita....?
• Bagaimana dengan kemaksiatan yang kita lakukan terhadap Isteri kita....?
• Bagaimana dengan kemaksiatan yang kita lakukan terhadap Suami kita....?
• Bagaimana dengan kemaksiatan yang kita lakukan terhadap Saudara-saudara muslim kita....?
• Bagaimana dengan kemaksiatan yang kita lakukan terhadap saudara-saudara dari keluarga kita....?
• Bagaimana dengan kemaksiatan yang kita lakukan terhadap mitra kerja kita....?
• Bagaimana dengan kemaksiatan yang kita lakukan terhadap anak-anak kita....?
• Bagaimana dengan kemaksiatan yang kita lakukan terhadap Dakwah kita....?
• Bagaimana dengan kemaksiatan yang kita lakukan terhadap Sang Maha Tinggi yang menciptakan semua termasuk kita....?

Berapa kerugian yang kita tanggung jika kemaksiatan/kelalaian tersebut kita lakukan? Rp 700.000, 7.000.000 atau......atau.........???

Sebuah kemasiatan/kelalaian bermula dari sesuatu yang sederhana. Sesuatu yang sederhana tersebut jika tidak kita sadari secara cepat dan tegas, akan berkembang menjadi sesuatu kemaksiatan/kelalaian yang besar dan menjadi biasa bagi kita yang melakukannya.

Boleh jadi saat ini kita masih aman-aman saja dalam berbuat kemaksiatan/kelalaian. Tapi ingatlah pasti suatu saat, kemaksiatan/kelalaian tersebut akan memberikan kerugian secara materi bagi kita serta kerugian-kerugian lain baik secara langsung atau tidak langsung.

Wallahu’alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar